Halaman:Pahlawan nasional Frans Kaisiepo.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

26

Dari aktivitas aktivitas yang dilakukan oleh Frans Kaisiepo bersama teman-teman murid-murid Kursus Sekolah Bestuur pimpinan Soegoro Almoprasodjo, lepasan Digul, telah menunjukkan dirinya bahwa mereka itu adalah pejuang pejuang yang militan. Murid-murid lepasan sekolah ini telah turut herperan aktif, mereka itu telah ditempa menjadi manusia terdidik dan terpelajar dan yang paling penting bahwa mereka itu telah berperan sebagai eksponen pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan . Mereka itu telah berjasa besar dalam melakukan kegiatan, teristimewa dalam usaha menyampaikan pesan pesan kemerdekaan

Untuk meraih cita-cita kemerdekaan itu, pemuda-pemuda berusaha mengikat tali rasa persatuan kebangsaan dan ini ditandai dengan terbentuknya Dewan Purwa Kelan Suku yang anggotanya datang dari berbagai suku Irian Barat. Berdirinya badan ini bukan saja untuk kepentingan sekolah dalam arti kepentingan mereka untuk memperoleh ilmu belaka tetapi melainkan juga telah dimanfaatkan sebagai forum kontak untuk tukar pikiran antara murid dan murid antara murid dengan guru, sehingga karenanya wawasan mereka semakin luas dalam menjiwai cita-cita kemerdekaan. Kesemua aktivitas tersebut telah menjadi bahagian hidup yang tak terpisahkan dari kehidupan Frans Kaisiepo bersama rekannya Lukas Romkorem, Yan Waromi, Corinus Krey, Marthin Indey, Silas Papare, G. Saweri, SD Kawah Mereka telah menyebarkan semangat kemerdekaan kepada seluruh lapisan rakyat Irian Barat agar dapat disambut dengan dada lapang dan ditegakkan bersama-sama.

Bertolak dari faham kebangsaan yang telah diserap dan dihayati oleh Frans Kaisiepo telah pula membangkitkan semangat yang ditandai masuknya gerakan tersebut ke dalam tubuh Batalyon Papua. Badan ini sebelumnya telah dibentuk bertepatan dengan pendaratan Sekutu di Irian dengan semangat kemerdekaan itu putra-putra Irian Barat baik yang menjadi anggota Batalyon Papua, maupun Polisi serta Sipil telah bersepakat dan bersatu dalam satu barisan untuk melakukan gerakan perlawanan. Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan, maka diadakan kontak dengan para tokoh pejuang lainnya seperti Silas Papare, Marthen Indey dan Corinus Krey. Dengan memperoleh kata dan sesuai dengan kesepakatan diputuskan bahwa gerakan perlawanan akan dilakukan pada tanggal 25 Desember 1945.