Halaman:Pahlawan nasional Frans Kaisiepo.pdf/31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

17

Sehubungan dengan itu peserta pendidikan didatangkan dari berbagai daerah Irian Barat, sehingga jumlahnya mencapai 200 orang. Untuk efisiensi, belajar mengajar, para murid ditempatkan di dalam asrama. Mata pelajaran yang diberikan selain teori juga praktek. Dengan demikian apabila ditugaskan di lapangan tidak akan mengalami kesulitan.

Adapun pemimpin kursus Pamong Praja ini yang pertama adalah Subratawidjaja sebagai direktur dan wakilnya adalah Soegoro Atmoprasodjo. Tetapi kemudian karena adanya kepentingan lain Subratawidjaja dipindahkan dan sebagai penggantinya diangkat Soegoro Atmoprasodjo.

Dengan aktifnya Soegoro Atmoprasodjo menjalankan tugasnya di sekolah tersebut, telah dapat mempertemukan kembali ia dengan Frans Kaisiepo yang pernah menjadi muridnya sewaktu mengikuti pendidikan Sekolah Guru di Kotanica, Manokwari, dan murid-murid lainnya dari Keynen. Mereka itu telah banyak menerima ajaran tentang faham kebangsaan dari Soegoro Atmoprasodko dan mereka menganggap Keynen sebagai "Bapak Pendidikan".

Soegoro Atmoprodjo yang telah menjadi Direktur Kursus Pamong Praja adalah sang pendidik Taman Siswa dan aktivitas pejuang kelahiran Yogyakarta tahun 1913. Karena gerak aktivitasnya tidak pernah berhenti terutama dalam menentang penjajah, maka ia sering keluar masuk penjara. Dan kali terakhir karena ia dianggap membahayakan stabilitas pemerintah Belanda, ia dibuang ke Boven Digul, Irian Barat.

Kepercayaan yang diberikan terhadap Soegoro Atmoprasodjo untuk duduk dalam lembaga pendidikan Kursus Pamong Praja ini adalah berawal dari gagasannyayang gemilang, yang dituangkannya ke dalam sebuah tulisan yang berjudul "Pendidikan dan Pengajaran Sebelum Perang Tak Berguna Selama dan Sesudah Perang". Tulisan tersebut dikirimkannya kepada NICA yang berkedudukan di Australis.

Menanggapi akan isi tulisan tersebut, Van der Plaas selaku anggota Read Van Indie dan juga mewakili Gubernur Jenderal Hindia