Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

seorang patih dan putri Raja Brawijaya datang berkunjung ke istananya.

Jokotole lantas menceritakan maksud kedatangannya. Ia juga menyebutkan bahwa ia atas petunjuk pamannya, sedang mencari ibunya yang bernama Dewi Saini. Mendengar hal yang mengangetkan itu, Dewi Saini langsung tergeletak pingsan. Dalam pingsannya, ia bertemu dengan Adipoday yang membenarkan apa yang dikatakan oleh Jokotole. Ketika terbangun, ia langsung merangkul Jokotole dan menangis sejadi-jadinya. la minta maaf karena telah menelantarkan Jokotole. la mengatakan bahwa telah puluhan tahun lamanya ia menunggu kabar kembalinya anak-anaknya pada pangkuannya.

Potre Koneng juga menanyakan tentang adik Jokotole. Jokotole mengatakan bahwa Jokowedi kini telah menjadi Raja Gersik. Betapa bahagianya hati Potre Koneng. Perasaannya bercampur antara bahagia dan cemas. Bahagia karena mengetahui anak-anaknya telah kembali. Cemas berusaha membayangkan kira-kira bagaimanakah sambutan dari ayahnya, apakah sang prabu akan bahagia berjumpa dengan cucunya yang tampan serta cucu menantunya yang cantik ataukah malah akan membunuh Jokotole dan istrinya.

Setelah tiga hari berada di Keraton Sumenep, Jokotole memutuskan untuk mencari ayahnya di Gunung Geger sendirian meninggalkan ibu dan istrinya. Sesampainya di Gunung Geger ia melihat ada cahaya kemilauan yang sangat terang di puncak Gunung Geger. Di puncak itu ternyata ia melihat ada seorang lelaki yang sedang bersemedi dan dililit oleh akar beringin. Jokotole yakin itu pasti ayahnya karena wajah pertapa itu memiliki kemiripan dengan Adirasa pamannya.

Kali pertama Jokotole memberi salam, salamnya tidak direspon pertapa itu. Baru pada salam ketiga, pertapa itu membuka mata dan menanyakan gerangan apakah yang membuat Jokotole membangunkan pertapa itu dari semedinya. Jokotole menyampaikan isi hatinya ingin bertemu dengan ayahnya yang bernama Adipoday. Pertama kali disebut nama Adipoday, pertapa itu tidak mengaku bahwa dirinya adalah Adipoday. Setelah didesak dan setelah

66