Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/52

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

pada kemarahan sang raja serta kesedihannya ditinggal buah hati hasil perkawinan mereka.

Dengan penuh kelembutan, Adipoday menghibur Potre Koneng dan mengatakan bahwa itu semua adalah cobaan. Ia juga menceritakan banyak kisah yang menyenangkan tentang masa lalu dan cita-cita akan masa depan. Dalam kehangatan percakapan mereka, mereka pun tanpa terasa hanyut dalam perasaan dan melakukan perkawinan yang kedua.

Ketika Potre Koneng terbangun, serta merta ia merasa terkejut serta gelisah. Ia menangis takut peristiwa yang dulu terjadi lagi. Sebentar ia duduk, kemudian tengkurap menutup wajahnya dengan bantal. Dalam hatinya, tersimpan ketakutan karena peristiwa beberapa tahun yang silam takut terjadi lagi. Ia merasa jika ia hamil lagi, pasti kali ini ia akan dihukum mati oleh orang tuanya. Dalam kegelisahannya, ia menangis.

Mendengar tangisan Potre Koneng, para abdinya berdatangan dan menenangkan Raden Ayu Potre Koneng. Serta merta Potre Koneng menceritakan mimpinya serta kekhawatiran akan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Benar saja, tidak berapa lama, Potre Koneng kembali hamil. Kali ini, Raja dan permaisuri tidak marah karena para abdinya telah lebih dahulu menceritakan apa yang terjadi. Dari kenyataan ini, baginda raja akhimya paham, bahwa Potre Koneng tidak bersalah dan karenanya, kemarahannya perlahan menjadi padam.

Beberapa bulan kemudian, Potre Koneng melahirkan seorang bayi yang juga laki-laki. Kelahiran bayi ini adalah pada waktu tengah malam. Bayi laki-laki ini raut wajahnya mirip dengan raut wajah Jokotole yang tampan dan berseri-seri. Peristiwa yang sama pun

terjadi lagi. Bayi ini pun dibuang dari istana. Jika sebelumnya bayi Jokotole dibuang karena Potre Koneng merasa ketakutan, maka kali ini, si bayi dibuang atas perintah Prabu Saccadiningrat setelah bermusyawarah dengan para pembesarnya. Pembuangan ini dilakukan untuk menghindari aib dan bahan pembicaraan kerajaan-kerajaan tetangga

36