Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/144

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

was ini Belanda lantas memikirkan cara untuk membuat masyarakat malas datang ke masjid itu atau bahkan menghancurkan masjid itu.

Langkah pertama yang diambil Belanda adalah dengan memperketat jam kerja. Belanda mengeluarkan aturan bahwa seluruh aktivitas kerja pribumi yang bekerja pada kompeni tidak dapat ditinggalkan dengan alasan apapun termasuk beribadah. Ibadah bisa dilakukan di dalam kantor, di ruang-ruang sempit yang ada, atau di dalam hati masing-masing orang. Langkah ini memang sukses mengurangi jumlah masyarakat yang pergi ke masjid untuk beribadah di siang hari. Namun, di malam hari, Belanda tidak dapat berbuat apa-apa.

Ketika malam hari tiba, wilayah Arosbaya yang sepi karena tidak ada hiburan dan minim penerangan dijadikan sebagai sebuah kesempatan oleh masyarakat untuk beribadah. Jika di siang hari ada pembatasan, dan pembatasan itu tidak berlaku di malam hari, maka hal itu dimanfaatkan oleh masyarakat Arosbaya untuk beribadah. Ketika malam hari tiba, berbondong-bondong masyarakat menuju ke masjid dan menghadiri pengajian-pengajian malam.

Mengetahui hal ini, para opsir Belanda kembali gelisah. Kali ini, mereka tidak memiliki alasan untuk melarang rakyat beribadah malam. Namun bukan Belanda namanya jika tidak memiliki banyak cara untuk mewujudkan cita-cita mereka. Mereka lantas memikirkan cara yang sedikit lebih kasar yaitu dengan cara menciptakan sebuah skenario pembakaran masjid. Masjid dibuat seolah-olah terbakar karena terkena tumpahan api yang jatuh dari pelita atau obor yang dijadikan penerangan di masjid itu.

Untuk memuluskan langkah ini, merekapun membayar orang-orang blater yang mau untuk melakukan pekerjaan kotor ini. Orang-orang ini kebanyakan adalah tukang pukul atau mandor yang bekerja di pertanian-pertanian yang dikuasai Belanda. Setelah memaparkan rencana pada orang-orang bayaran tersebut, Belanda lantas meminta mereka bergerak di malam keesokan harinya. Langkah ini pun dilaksanakan. Dengan mengendap-endap, beberapa orang datang ke masjid dengan memakai penutup kepala di malam hari dan menjatuhkan pelita agar terbakar. Masjid yang sebagian besar

128