Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

dinamai Selibing. Sampai kedatangan kompeni Belanda dia tinggal menetap disana. Tetapi oleh sebab ketakutan dan kegelisahan pembalasan dari segala kedjahatannja, apalagi sepasukan pradjurit sudah ditempatkan kompeni di Tandjung Kopiah, mengungsilah dia ke Asahan. Keradjaan itu diserahkan kepada pamannja Radja Ketjil Besar. Tetapi sesudah kompeni meninggalkan Sumatra Timur kembalilah dia ke Panei dan dikirimkannjalah ke kampong Sontang. Radja Ketjil Besar diang katnja mendjadi Radja Muda dan pendapatan iuran adat bernama "tingkat tebing" diberikan kepadanja, sedang Radja Badiri sendiri menerima iuran adat "buka buntil". "Tingkat Tebing ", ialah nama iuran jang harus dibajar orang-orang Rau, Minangkabau dan Mandailing jang berlajar dengan perahunja kehilir sungei Panei dan "buka buntil" ialah iuran djikalau orang berlajar kehulu. Banjaknja iuran itu satu rial dari seorang, dengan ketentuan bahwa dari 10 orang penumpang dibebaskan satu orang dari pembajaran dan itu diperuntukkan bagian nachoda perahu. Djuga kota Pinang mendjalankan iuran serupa. Oleh sebab itu terdjadilah ketidak-puasan diantara penduduk melihat radjanja.

Pada tahun 1848 Jang Dipertuan Kota Pinang melantjarkan serangannja menaklukkan Panei. Sekeliling Sotang terdjadi pentempuran jang sengit. Banjak jang gugur dimedan pentempuran dan banjak djuga jang tertangkap hidup-hidup. Djuga anak dari Radja Ketjil Besar beserta keluarganja tertangkap hidup-hidup. Semua Wilajah Panei ditaklukkan Radja Kota Pinang. Sutan Mangedar Alam lari ke Asahan. Dan kebesaran "Sri Panei" dipindahkan orang kekota Pinang.

Sesudah Jang Dipertuan Kota Pinang meninggalkan Panei, kembalilah Sutan Mangedar Alam dari Asahan. tetapi oleh sebab ketakutannja melihat pembalasan kota Pinang tinggallah dia di Bila. Dia kawin disana dengan anak perempuan Marhum Mangkat di Sungei Abal (Siabalabal?) Sekali lagi dia pindah ke Labuan Bilik dan meninggal disana pada tahun 1856 (?) Dia digelari orang Marhum Mangkat di Labuan Bilik. Dia beragama amat panatik. Dia seorang radja penakut dan tak berpegangan. Tetapi ragu-ragu didalam segala tindak-tanduknja, djikalau dia menghadapi sesuatu keadaan jang sangat kritis.

Anaknja bernama Sutan Gagar Alam kawin dengan anak perempuan Marhum Mangkat di Kota Lama Bila. Pada Waktu sedang berketjamuk perang Saudara jang bersifat serang-menjerang diantara penduduk kota Pinang dan penduduk Hulu Sungei, dia mengambil kesempatan merebut kota Pinang dengan djalan pengerahan pasukan Sutan Baginda, Radja dari Simangambat. Tetapi hal ini segera diketahui oleh Jang Dipertuan Kota Pinang. Pasukannjapun dikerahkan melawan musuhnja dekat Sungei Tras. Musuh itu lari tunggang-langgang melihat lawannja jang lebih banjak dan lebih kuat dari mereka dan djuga mendengar suara dentuman jang tak terputus-putusnja. Banjak orang jang tertangkap. Radja Ketjil Muda beserta perahunja jang berisi sendjata dan mesiu tertangkap djuga.

Selama Sutan Mangedar Alam berdiam di Asahan diwadjibkanoranglah dia membajar sesuatu upeti kepada keradjaan untuk pendjagaan keselamatan djiwa dan bala pengikutnja. Tetapi djandjinja tidak ditepati. Oleh sebab itu Sultan Achmad Jang Dipertuan Besar

32