Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

di Barumun jang letaknja sebelah selatan dari Tasik. Semua radja-radja ini besatu-padu melantjarkan serangan merebut Panei. Tetapi Radja Muri gelar Jang Dipertuan Besar Panei mengetahui itu benar-benar dari badan siasatnja dan mengerti pula bahwa persekutuan kekuatan serupa itu akan mendatangkan bentjana kepada negeri. Oleh sebab itu dia ambillah hati Radja Gading dengan djalan mengembalikan sebagian tanah jang ditawannja itu, jaitu tanah sekeliling Dano Krandji, dengan sjarat bahwa kekuasaan Panei harus diakui. Dia harus menerima gelar Radja Muda dari Panei dan rakjatnja hanja terdiri dari keluarganja dan teman semarga jang dekat.

Sesudah itu mangkatlah Jang Dipertuan Besar Radja Murni. Dialah seorang radja jang terbesar dan paling berkuasa di Panei. Pada saat bersembahjang di Mesdjid dia menghembuskan napas penghabisan. Oleh sebab itu dia digelari orang Marhum Mangkat di Mesigit.

2). Jang Dipertuan Saleh.

Sesudah anaknja Jang Dipertuan Saleh dinobatkan orang mendjadi radja, berusahalah Radja Gading menarik diri dari ikatan kekuasaan keradjaan Panei. Tetapi maksud ini tak dapat terlaksanakannja. Sebab dengan bantuan Dja Rutas dan Sigalagla jang tidak diduganja itu tertangkaplah dia hidup -hidup . Anaknja Radja Asal harapannja itu tertangkap djuga. Tetapi dengan kemurahan hati Marhum Saleh dia terima tanah sebagian ketjil dari keradjaan Sungei Tras untuk ditempatinja.

Tidak seberapa diketahui orang dari riwajat hidup Marhum Saleh. Anaknja Radja Sati adalah seorang radja jang amat lemah. Dia tidak mampu mengembalikan kekuasaan dan kemuliaan radja-radja jang lebih dahulu memerintah dari padanja. Hitam diatas putih diakuinja kekuasaan keradjaan Siak. Oleh sebab kebodohannja dia tidak mengidjinkan Sultan Siak berlajar di Sungei panei melewati Siak Djamu, dan hanja memperbolehkan tudjuh hari sadja bisa tinggal ditempat itu jang menjakiti hati Sultan itu.

3). Sultan Mangedar Alam.

Pengganti Radja Sati ialah Radja Badiri jang bergelar Sutan Mangedar Alam. Dia takut-takut berani melihat kekuasaan kerajaan Siak. Dia tidak berani menolak perintah Sultan itu supaja turut melantjarkan serangan melawan Asahan. Tetapi sesudah maksud ini gagal dan Panglima Besar dari Siak tinggal sementara di Sungei Radja Melawan, berangkatlah dia ke kota Pinang membudjuk Sutan Bongsu untuk melantjarkan serangan melawan Siak itu. Tetapi oleh sebab penghianatan

Sutan Bongsu jang mengikat perdjandjian dengan Panglima Besar keradjaan Siak itu untuk mengusir Sutan Panei dari keradjaannja, terpaksalah dia meminta perdamaian untuk menghentikan serangan. Sjarat perdamaian itu begini : dia harus mengakui kekuasaan keradjaan Siak dan membajar denda 2000 rial. Amat murka pergilah dia ke Kota Pinang dan menggadji orang lain membunuh Sutan Bongsu. Pembunuhan jang tak terperi ini terdjadi dipulau Biramata. Sesudah itu kembalilah Radja Badiri ke Tandjung Berolah. Tetapi oleh sebab tempat itu kurang aman, didirikannjalah satu kampung dan

31