Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/33

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Sing pĕrtjaja, samangsa-mangsa aja 'bantengamuk-gadjah-měta, kaula nu baris ngajonan. (Pertjajalah, bilamana ada kemungkinan serangan musuh, sajalah jang akan menghadapinja).

BATASAN ARTI ,,KETJAPKANTETAN" DAN TJARA MENULISKANNJA.

Tadi telah dikatakan , bahwa istilah „ kětjapkantetan" (kata itu belum ada batas-batasnja jang dapat dipegang teguh. Tentang tjara menuliskannjapun belum ada kesatuan pendapat. Untuk mentjari batas-batas itu hendaknja kita mengingat dulu batasan arti „kětjap” (kata).

Kětjap ialah kumpulan jang terketjil jang mengandung arti. (Didalam sebuah kalimat tiap kětjap hanja mengandung arti) .

Apabila satu arti (didalam sebuah kalimat) digambarkan oleh dua kata atau lebih, maka kombinasi dari dua kata (at lebih) itulah jang dinamakan kětjapkantetan.

Toko-toko nu galede di hareupna sok make katja.

Panon kuring mah awas keneh, tatjan perlu make katjapanon. Mendengar bunji dérétan bunji) katja dalam kalimat pertama, terlihatlah oleh matahati kita apa jang dimaksud oleh dérétan bunji itu.

Mendengar dérétan bunji panon pun (dalam kalimat kedua) tergambarlah dalam hati kita jang termaksud olehnja. Maka ,,katja" itu adalah kata ; demikian pula ,,panon", jang masing-masing menggambarkan hanja satu arti (disini: satu benda).

Utjapan ,,k a t j a p a n o n" pun menggambarkan hanja satu benda. Maka kombinasikata katjapanon (karena menggambarkan hanja satu benda) adalah kětjapkantetan.

Kesimpulan: Kětjapkantetan ialah kombinasi dua kata atau lebih, jang menggambarkan hanja satu arti didalam sebuah kalimat.

Tambahan keterangan ,,didalam sebuah kalimat" (lihat achir kalimat diatas) adalah perlu, sebab suatu kata atau kombinasikata banjak jang belum dapat ditentukan artinja dan sifatnja (apakah kětjapkantetan atau bukan), djika belum diketahui hubungannja didalam sebuah kalimat.

Kalau orang mengatakan kumis utjing" misalnja, belumlah kita tahu, apa maksud perkataan itu.

Akan tetapi, apabila kata orang itu: „Kumis utjing mah hareu ras parandjang, tapi tjarang, henteu gomplok kawas kumis djělēma. (Kumis kutjing itu tegang-tegang, pandjang-pandjang, tetapi djarang, tidak rimbun seperti kumis manusia), maka lekas sadja kita tahu, bahwa kumis utjing dalam kalimat itu bukan kětjapkantetan, sebab kata utjing disitu mendjadi keterangan kata kumis. Dengan kata lain: kata kumis dan kata utjing mempunjai arti sendiri-sendiri; djadi ternjata ada dua arti.

27