Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pemakaian bahasa Indonesia Kupang itu kemudian meluas kekota-kota diluar Kupang, kota-kota dipedalaman maupun daerah dan pulau-pulau asal suku-suku tadi sendiri.

Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia Kupang itu tentulah menerima pengaruh dari bahasa suku-suku itu. Tapi pengaruh jang berupa perbendaharaan kata djarang atau sedikit sekali. Chususnja pengaruh jang berhubungan dengan susunan kalimat djuga tidak ada, dan umumnja pengaruh jang berhubungan dengan tatabahasa boleh dikatakan tidak ada.

Pengaruh jang terutama sekali ada, ialah pengaruh dalam hal tempo. Memang "tempo" berbitjara pada bahasa-bahasa suku tadi dapat dikatakan sama, sehingga soal mempengaruhi bahasa Indonesia Kupang itu, masing-masing suku tidak mengalami pertentangan atau kesukaran. Bahasa-bahasa suka itu mempunjai 'tempo jang lebih tjepat daripada bahasa Indonesia sendiri. (Kami berpendapat mulai dari Bali ketimur tempo dalam berbitjara agak tjepat).

Pengaruh tempo ini mengakibatkan adanja kata-kata jang agak berlainan atau berlainan samasekali dengan kata-kata Indonesia, karena hilang ataupun berubahnja suku kata. Penjederhanaan dengan menghilangkan suku kata itu memang tidak disengadjakan oleh masjarakat, melainkan betul-betul karena desakan tempo jang tjepat serta watak pembitjara-pembitjara sendiri. Dalam sebuah pidato di Kupang (oleh seorang pemimpin jang berasal dari Sabu), ketika pidato itu sedang dalam climax dan berkobar, pernah kami djumpai adanja penjederhanaan kata,, manusia manusia" mendjadi ,,manu-manusia", sedangkan kata manu sendiri didalam bahasa suku di Timor, Rote maupun suku-suku lain itu, berarti ajam. Maksud kami mengemukakan tjontoh ini ialah untuk menundjukkan, bahwa penjederhanaan dengan menghilangkan suku kata itu bukan disengadjakan dan disedari, tetapi karena tempo dan ditambah perasaan jang mendesak.

Penjederhanaan dengan penanggalan suku kata.

Tjara penjederhanaan dengan menanggalkan suku kata ini seringkali kita djumpai, seperti djuga pada bahasa didaerah lain maupun pada bahasa Indonesia sendiri. Tetapi tentang suku kata mana jang ditanggalkan, seketika kita mendengar memang agak mengagumkan. Suku kata jang dihilangkan itu berlainan dengan tjara penjederhanaan jang terdjadi pada bahasa Indonesia sendiri. Hal ini disebabkan karena adanja tekanan suara jang berlainan antara bahasa Indonesia Kupang dengan bahasa Indonesia. Pada bahasa Indonesia jang mempunjai tekanan suara pada suku achir, tjara menghilangkan itu tidak terdjadi pada suku achir itu sendiri, melainkan suku dimukanja, terutama suku kata jang mengandung bunji jang lemah ;

 misalnja: sahadja mendjadi sadja;
 
         sahaja " saja.

         tahadi " tadi dll.

12