Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

melahirkan konflik yang berkepanjangan yang dialami oleh para tokoh dalam novel tersebut.

Selain itu, dapat juga diklasifikasi bahwa dari sepuluh novel berlatar Minangkabau yang menjadi data penelitian ini, 8 buah novel di antaranya mengangkat persoalan kehidupan laki-laki Minang, baik dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan merantau, maupun dalam kehidupan perkawinan dan rumah tangganya.

2.2 Alur

2.2.1 Konflik antara Harmoni dan Disharmoni

Setelah melakukan analisis terhadap sepuluh novel berlatar Minangkabau periode 1920-1940, terlihat adanya jalinan peristiwa yang membangun konflik sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal bab ini. Dalam Merantau ke Deli Leman memutuskan merantau dan kemudian menikahi Poniem, wanita Jawa, buruh pada sebuah perkebunan di Deli, dalam keadaan yang serba terbatas. Ia hanyalah seorang pedagang kecil yang dengan modal kecil membawa barang dagangannya ke perkebunan tersebut. Namun, Leman sangat meyakini bahwa di balik kesusahan yang ditakdirkan Tuhan bagi dirinya ada kemudahan hidup yang jika diperjuangkan dengan keyakinan yang penuh akan mendatangkan hasil seperti yang diharapkan.

Di tengah kesusahan hidupnya sebagai perantau yang tidak memiliki apa-apa ia dipertemukan dengan seorang wanita yang kemudian betul-betul mengubah kehidupannya. Poniem adalah nikmat kemudahan yang diberikan Tuhan untuk dirinya. Ketabahan dan kesabaran Poniem akhirnya mendatangkan hasil serta mulai mening-katkan penghidupan keluarga mereka. Kesusahan yang dari awal selalu mengikuti mereka berangsur-angsur menjauh berganti dengan kemudahan hidup. Hal itu terjadi berkat kesabaran dan ketabahan mereka dalam menghadapi segala halangan dan rintangan yang muncul dalam kehidupan.

Hal yang sama terlihat dalam Tenggelamnya Kapal van der Wijck Peristiwa kedatangan Zainuddin ke kampung

23