Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/147

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dagar-saudagar bangsa asing: bangsa Cina, Arab, dan sebagainya, yang bertoko di kota yang ramai-ramai.Kita tiada dapat bersaingan dengan mereka itu. Pokoknya besar-besar. Tetapi kita, siapa yang ada empunya pokok besar? Siapa yang telah pandai ilmu berniaga, akan pelawan bangsa asing itu? Jadi, di kota kita berlawan dengan orang pandai-pandai: si penjual pandai, dan si pembeli pun pandai dan cerdik juga (Iskandar, 2002:7-8).

Di dalam Karena Mentua, kerealistisan latar juga terlihat dalam gambaran mengenai keadaan Kota Padang ketika diadakan acara tabut. Latar yang digambarkan memberi kesempatan kepada pembaca untuk berimajinasi membayangkan keramaian yang terjadi ketika acara tabut diadakan. Pembaca seolah-olah merasakan mereka berada dalam keramaian itu dan ikut ambil bagian dalam acara tabut yang diadakan.

Pada hari Ahad sejak pukul tiga petang orang sudah berkumpul-kumpul di tepi laut dekat Purus. Laki-laki perempuan, tua-muda, sama ada orang bumiputera, Tionghoa, Belanda, Arab dan Keling. Makin petang hari, orang makin ramai juga. Kendaraan silih berganti, sejak dari jalan Belatung kecil, Damar, Parak-kerambil dan Muara, sehingga polisi bekerja keras akan mengaturkan lalu-lintas. Panas pun telah berkurang-kurang, sampai senja: dan awan makin tebal di sebelah barat, pada pertemuan langit dengan air. Kebetulan angin tiada berembus, sehingga laut jadi tenang dan teduh rupanya. Meskipun cakrawala seolah-olah menunjukkan sedih akan tabut yang akan dibuang kelak, tetapi hati penonton bertambah riang dan gembira, sebab mereka itu tiada usah takut akan kepanasan. Pemandangan lepas, jauh

135