Lompat ke isi

Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

terlihat dalam Sitti Nurbaya, ketika Samsul Bahri diusir oleh ayahnya karena ia telah membuat aib dengan berhubungan secara sembunyi-sembunyi dengan Sitti Nurbaya yang saat itu telah menjadi istri Datuk Meringgih. Datuk Meringgih pun merasa sakit hati ketika Sitti Nurbaya mengusirnya dengan kasar dari rumah sehingga Datuk Meringgih berencana membalaskan sakit hatinya itu dengan menyuruh orang suruhannya untuk mencelakai Nurbaya. Apa pun caranya, asal maksudnya dapat terlaksana.

“Perbuatanmu ini sangat memberi malu aku, sebab tak patut sekali-kali. Kemanakah akan kusembunyikan mukaku? Bagaimanakah aku akan menghapus arang yang telah kau corengkan pada mukaku ini? Perbuatan yang demikian, bukanlah perbuatan orang yang berbangsa, anak orang yang berpangkat tinggi, orang yang terpelajar, melainkan pekerjaan orang yang hina, yang tak tahu adat dan kelakuan yang baik. Pada sangkaku, engkau bukan bangsa yang kedua itu.

Namaku yang baik selama ini, yang dimuliakan dan dihormati orang, bangsaku yang tinggi dan belum bercacat, sekarang kau kotorkan dengan noda yang tak dapat dihapus lagi. Setelah berhenti sejurus, berkata pula Sutan Mahmud, “Kesalahanmu ini tak dapat kuampuni, karena sangat memberi aib. Pergilah engkau dari sini! Sebab aku tak hendak mengakui engkau lagi. Yang berbuat demikian, bukan anakku." (Rusli, 2002:156).

Di dalam Pertemuan, rasa malu mamak dan ayah Masri melihat kenyataan bahwa anak dan kemenakan mereka belum beristri mendorong mereka untuk memaksa Masri menikahi Chamisah. Menurut mereka, usia Masri sudah sangat pantas untuk beristri, Alasan Masri untuk melanjutkan sekolahnya

114