Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/106

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tempur menempur, tolak-menolak dan tangkis-menangkis kedua belah pihak laskar itu,.....dan achirnja menanglah balatentara kebaktian (Pamuntjak, 1961:34).

Dalam kutipan itu terlihat bagaimana tokoh Masri dalam Pertemuan menerima apa yang telah digariskan oleh ayah dan miamaknya. Kenyataan bahwa ia tidak dapat lagi melanjutkan apa yang jadi cita-citanya, pada dasarnya sangat mengecewakan hatinya. Namun, demi kepentingan semua orang dan demi menyenangkan hati mamak dan ayahnya, ia bersedia menuruti semua keinginan kerabatnya. Ia siap menerima segala kemungkinan yang terjadi, baik atau buruk harus dihadapinya dengan lapang dada.

Hal tersebut menunjukkan kebesaran hatinya sebagai seorang yang telah dibesarkan dan disekolahkan oleh ayah dan mamaknya. Dengan menuruti keinginan mereka, Masri menganggapnya sebagai wujud pengabdian pada orang-orang yang notabenenya adalah orang-orang yang dicintainya. Walaupun pada pikirannya, apa yang telah ditetapkan oleh mamak dan ayahnya tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan untuk kehidupannya. Ia hanya dapat menegaskan kepada orang tua dan mamaknya, jika terjadi sesuatu di kemudian hari akibat perkawinan yang tidak disukainya tersebut, ia jangan disalahkan akan hal itu.

Apa yang telah diputuskan oleh Masri menunjukkan adanya pertentangan dalam dirinya. Di satu sisi, ia ingin menggapai Cita-cita, melanjutkan pendidikan, tetapi di sisi yang lain ia juga terikat dengan utang budi kepada keluarga. la harus membayar utang tersebut dengan mengawini anak mamaknya. Keputusan tersebut juga didukung oleh konsep rasa yang tambuh dalam dirinya dengan mengesampingkan kepentingan pribadi. Ia tidak akan bersenang hati dengan ketidaksenangan hati orang lain atas perilakunya.

Keadaan yang sama juga menimpa tokoh Asri dalam Salah Pilih. Ia harus memenuhi tuntutan ibunya untuk kawin

94