Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/107

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

meskipun ia tidak menvetujuinya. Tidak bisa dimungkiri bahwa kehidupan dan budaya Barat telah mengubah pola pikir Asri semenjak ia duduk dibangku sekolah HIS, yang mengajarkannya budaya Barat. Segala macam adat dan budaya Timur yang dipandangnya berbeda dengan budaya Barat ditepisnya. Begitu pula dengan pandangan dan pemikiran Asri tentang perkawinan. Meskipun adat negerinya mengizinkan seorang lelaki beristri banyak, Asri tidak sepaham dengan kebiasaan tersebut. Ia tidak mevakini dan mempercayai Perjodohan menjadi urusan kaum kerabatnya. Ia beranggapan perjodohan yang dilakukan oleh orang tua kedua belah pihak adalah sia-sia karena mereka tidak mengindahkan perasaan kedua makhluk yang diperjodohkan tersebut. Bagi Asri, perbuatan itu sangat riskan, tidak baik, dan agak keras walaupun cinta di antara kedua belah pihak dapat muncul atau datang kemudian pada saat suami istri sudah bercampur baur. Alangkah sukarnya, jika pasangan itu tidak dipertemukan sedikit juga terlebih dahulu.

Akhirnya, Asri menerima permintaan ibunya untuk dijodohkan dengan anak gadis sahabatnya. Namun, ia tetap menginginkan yang menjadi istrinya adalah pilihannya Sendiri. Ia harus diberi kesempatan untuk mengetahui segala Sesuatu tentang diri dan sifat vang ada dalam diri calon Istrinya. Untuk itu, ia harus mengenal dan mendekati calon Istrinya selama beberapa bulan menjelang hari pernikahan dan Perkawinan dilangsungkan. Selain itu, Asri juga Mengharapkan pertimbangan dari keluarganya, dalam hal ini bunya dan Asnah. Dengan demikian, Asri mempunyai Pertimbangan sendiri tentang calon istrinya.

Kondisi yang sama terlihat dalam Sitti Nurbaya. Tokoh Nurbaya harus rela dikawinkan dengan laki-laki vang tidak Visukainya karena ingin membalas budi terhadap orang tuanya, Akibatnya, ia harus memutuskan hubungan dengan kekasihnya.

Sungguhpun demikian tiadalah boleh juga aku berkecil hati, bila engkau tiada hendak percaya

95