Halaman:Kisah Tuanta Salamaka.pdf/24

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

hanya Allah tempat kita minta ampun.” Kapten itu terdiam, sedangkan I Lokmok ri Antang merasa sangat malu pada Tuanta.

Suatu hari mereka melihat sebuah pulau. Pulau itu biasa disinggahi orang-orang yang akan pergi haji. Untuk sampai di pulau itu, kira-kira membutuhkan waktu pelayaran tiga hari lagi. Tuanta berfirasat bahwa para penumpang tidak senang kepadaku, lebih baik saya tinggalkan kapal ini.

Ketika masuk waktu Zuhur Tuanta pun mengambil wudu lalu berkata, “Kapten, janganlah bersedih karena saya akan meninggalkan kapalmu hari ini juga dengan kehendak Allah. Setelah itu ia berniat salat. Pada saat takbiratul ihram dengan ucapan “Allahu Akbar” putus pulalah jiwanya.

Disiapkanlah untuk dimandikan, dikafani, kemudian disalati. Setelah disalati diambilkanlah besi yang bersegi empat, satu diikatkan pada lehernya, satu pada pinggangnya, dan satu pada kakinya, lalu dibuanglah ke laut, maka tenggelamlah jenazahnya.

Sesudah dibuang maka angin pun tenang sehingga kapal tak dapat bergerak selama tiga hari

17