Halaman:Kalimantan.pdf/393

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

diberi gelar dengan nama Sultan Ahmad, jang kemudian menggantikan mertuanja Sultan Muhammad. Dari perkawinan ini Sultan Ahmad mendapat seorang puteri djuga jang dikawinkannja dengan seorang bangsawan Arab jang baru sadja datang dari Thaif atau Mekkah jang bernama Sjarif Ali. Menurut tjerita, Sjarif Ali adalah keturunan dari Amir Hasan nama lengkapnja Sjarif Ali Ibnu Abu Namin bin Albarkat, jang digelar oleh Sultan Barkat. Sultan ini melahirkan pula Sultan Sulaiman, Sultan ini melahirkan pula Sultan Balkia, selandjutnja turun-temurun dari Sultan Balkia terus Sjaifulridjal, Sjah Berunai, Sultan Husin, dan Sultan Akbar.

Sultan jang kemudian melahirkan dua orang putera, jang tua bernama Radja Abdullah jang memerintah didaerah Berunai dengan gelar Sultan Abduldjalil Akbar, dan jang muda bernama Radja Tengah jang kemudian mendjadi Radja didaerah Serawak. Menurut sepandjang sedjarah kedjadian itu dalam abad ke 16, sedang Radja Tengah ketika itu masjhur tentang gagah-beraninja, sukar mentjari bandingnja disekitar Serawak dan Berunai, sehingga dengan kebidjaksanaan serta persatuan jang teguh, maka keradjaan Berunai Serawak, semakin terkenal dan bertambah luas daerahnja, banjak negeri jang takluk dibawah kekuasaannja sampai kenegeri Sulu Philipina.

Lain-lain usahanja selainnja memperluas pemerintahannja, maka ia djuga memperkembangkan agama Islam, membangun batin manusia kedjalan ketauhidan, mendirikan mesdjid-mesdjid, menggerakkan orang-orang supaja giat mempeladjari Kur'an. Dengan djalan jang demikian ia ditjintai dan disajangi, bukan dari kaum keluarganja sadja, melainkan djuga oleh rakjatnja, sekaliannja merasa segan terhadap Radja, karena pribadinja jang tinggi dan terpudji.

Sewaktu Radja Tengah memerintah negeri Serawak itu, ia selalu bertamasja diiringi oleh pengawal-pengawalnja dengan beberapa buah sekunar mengundjungi negeri Djohor, akan menghadap ibu mudanja permaisuri dari Radja Djohor jang bernama Abduldjalil. Lebih-kurang dua tahun lamanja Radja Tengah berdiam di Djohor, maka iapun berangkat pulang kembali kenegeri Serawak, tetapi ditengah pelajaran pulang itu, haluan perahunja berubah dipukul angin ribut, sehingga ta' dapat diperbaiki lagi dan terdampar dipantai negeri Sukadana.

Pada ketika itu jang mendjadi Radja dinegeri Sukadana bernama „Penambahan Giri Mustika" jang biasa djuga disebut ,,Ratu Milian". Kedatangan Radja Tengah diterima dengan baik, serta dimuliakan disambut dengan gembira, dihormati dengan upatjara alat kebesaran setjara radja-radja. Nasib baik bagi Radja Tengah di Sukadana ini, ia diangkat oleh Penambahan selaku Wazir Keradjaan jang diberi tugas jang chusus mengenai urusan peribadatan" untuk mengambil langkah pertama kearah djihad fisabilillah.

Dengan perantaraan seorang Sjeh jang baru tiba dari Mekkah bernama Sjamsuddin, maka Penambahan Sukadan itu oleh Radja Mekkah diberi gelaran Sultan dengan nama Sultan Muhammad Sjafiudin serta diberi hadiah sebuah Kur'an ketjil dan sebentuk tjintjin permata zamrud. Kedatangan Sjeh Sjamsuddin ini, sebagai satu-satunja kesempatan bagi Radja Tengah untuk mempeladjari dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam. Bagi Sultan sudah mendjadi kenjataan, bahwa pribadi Radja Tengah itu seorang jang djudjur dan

389