Halaman:Kalimantan.pdf/353

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

senang jang dipakainja untuk kalung atau ikat-pinggang dari ringgit dan perak, jaitu apabila mereka berdandan.

Apakah mereka djuga mempunjai huruf dan aksara? Dan bagaimana mereka mengirim kabar kepada sanak keluarganja, apakah tjukup dengan kundjungmengundjungi sadja? Suku Dajak tidak mempunjai huruf dan aksara. Dan inilah kekurangan mereka sebagai suku asli dari Kalimantan. Bagi mereka tidak ada djandji jang ditulis, tetapi mereka patuh dan setia kepada djandji, karena mereka saling harga menghargai dan tjara mempertjajai. Pada orang-orang suku Ot, tidak ada dalam "kamus" nja perkataan mentjuri, atau membohong. Hanjak ada perkataan rampas dan ambil atau duan dalam bahasanja sendiri.

Mereka tidak kenal pada perkataan atau maksud mentjuri, dan merekapun tidak pandai berdusta, jang demikian itu dapat dibuktikan dalam pergaulan mereka sehari-hari. Setiap djandji jang dilakukan mereka, adalah djandji jang pasti dan mereka tidak suka mungkir djandji, sekalipun djandji untuk berperang dan sebagainja. Tentang tjara mereka berkirim-kiriman kabar, sebagai pengganti tulisan, mereka tulis pada kulit kaju dengan pisau arang atau darah. Namanja tjara jang begini ialah ,,totok bakaka" dan penglaksanaannja, ialah mereka mengirim tombak jang diikat dengan rotan bertjat merah, artinja mengumumkan perang. Kalau mereka hendak meminang anak gadis, maka dikirim sirih dan pinang. Mengirim anak randjau, artinja minta bantuan karena ditimpa bahaja. Mengirim tombak jang dikapur matanja, maksudnja minta bantuan sebesar-besarnja, karena kalau tidak, maka seluruh suku akan mendapat malapetaka.

Demikian djuga dengan mengirim abu dan air jang maksudnja memberi tahukan tentang adanja kebakaran, sedang air dimaksudkan ada orang jang mati tenggelam jang tidak diketahui namanja, biar datang sendiri untuk mengenalnja.

* * *

Memadjukan Kesenian.

Apa jang dinamakan kesenian dalam masjarakat Kalimantan sebenarnja telah lama tenggelam bersama dengan lenjapnja beberapa buah Keradjaan, sedang dalam beberapa Kesultanan sekarang ini jang terdapat di Kalimantan Barat dan Timur tidak mendapat pemeliharaan sebagaimana mestinja. Jang ada sekarang ini hanja bekas-bekas peninggalannja sadja. Soal kesenian jang pada umumnja tidak dapat dilepaskan dari soal kesukuan dan kedaerahan, karena tiap suku dan daerah mempunjai keseniannja masing-masing.

Kesenian Bandjar jang ada sampai sekarang ini adalah merupakan perpaduan kesenian daerah asli dengan kesenian jang datangnja dari luar daerah, dengan demikian sifatnja agak istimewa. Kesenian ini dapat dibagi dalam tiga bagian, jaitu kesenian tangan , pertundjukan dan kesusasteraan. Kesenian tangan termasuk kepandaian membuat bangun-bangunan, perhiasan dan ukiran. Kepandaian dalam membuat bangunan ini nampak pada rumah-rumah kuno dengan ukiran pada pintu masuk, pelis atas dan udung bubungan. Ukiran-ukiran ini berupa pahatan pada kaju, kerawangan dengan lukisan daun, bunga-bungaan dan binatang burung.

Kadang-kadang ditjampuri dengan tulisan huruf Arab. Djuga terdapat pada ukiran-ukiran chusus pada perahu tambangan dan perahu Amuntai jang melukiskan daun kangkung merajap dan bunga ilung. Umumnja bangun-bangunan

349