Halaman:Kalimantan.pdf/334

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Biang Lawai untuk didjadikannja permaisuri, karena tertarik oleh ketjantikan dan kemolekan parasnja. Biang Lawai adalah saudara dari empat orang Patih Sultan jang amat besar pengaruhnja dikalangan rakjat suku Dajak, jaitu Patih Rumbih, Dadar, Muhur dan Patih Djumput, jang segera mengabulkan permintaan itu asal sadja setelah dikawinkan, puteri Biang Lawai djangan dipaksa masuk Islam. Pada mulanja Pangeran Suriansjah menjanggupi dan tidak keberatan atas sjarat-sjarat jang dikemukakan oleh tjalon permaisurinja itu, tetapi setelah mereka tinggal dalam istana, isterinja itu dipaksanja memeluk agama Islam.

 Berita ini segera sampai kepada empat saudaranja. Dengan perasaan marah mereka datang keistana untuk memperingatkan Pangeran Suriansjah kepada djandjinja, bahwa ia tidak akan berbuat sesuatu jang bertentangan dengan kehendak suku-bangsanja. Suriansjah telah melanggar djandjinja, dan mereka minta supaja saudaranja Biang Lawai dikembalikan kepada mereka.

 Tetapi ketika itu Surianjsah tidak ada diistana. Kesempatan ini membuka fikiran baru bagi saudara Biang Lawai untuk mentjuliknja, dan membawanja lari ketempat asal mereka. Ketika Suriansjah kembali, dilihatnja isterinja tidak ada, maka ia amat marah dan gusar, dan demi diketahuinja, bahwa isterinja ditjulik sendiri oleh keempat saudaranja, maka pada saat itu pula dikerahkannja tenteranja untuk mentjari Biang Lawai.

 Patih Rumpih jang telah mentjulik adiknja sendiri berlindung pada sebuah kampung dibagian Barito, ketika itu kawanan balatentera datang, maka terdjadilah pertempuran ketjil, tetapi kedua belah pihak tidak ada jang mau menjerah. Sepandjang hari dan malam pertempuran dilandjutkan terus. Karena tentera Sultan Suriansjah lebih besar djumlahnja, maka pasukan Patih Rumpih agak terdesak masuk hutan belukar. Karena merasa kalah , maka keempat orang Patih mengundurkan diri pula kelain tempat membikin pertahanan baru diseberang sebuah danau di Kahajan.

 Diatas danau dipasangnja sebuah djembatan melintang jang agak gampang runtuh, sebagai perangkap bagi tentera Suriansjah. Dibawah djembatan dipasangnja pula beratus-ratus randjau dari bambu runtjing. Tidak lama kemudian tibalah tentera Suriansjah ketempat itu. Tidak sempat memperhatikan, apakah djembatan itu hanja suatu djebak bagi mereka , maka ketika mereka berada ditengah-tengah djembatan, dengan sendirinja djembatan itu rubuh, karena tiang-tiangnja hanja diletakkan sadja, dan memang disengadja untuk perangkap. Sebagian besar dari tentera Suriansjah mati, sedang perahu-perahu mereka dirampas, orang-orangnja dibunuh. Sampai sekarang danau jang bersedjarah itu diberi nama ,,Danau Karam ”.

 Dan bagaimana pula perkembangan agama Kristen?

 Riwajat masuknja agama Kristen ke Kalimantan erat sekali hubungannja dengan penjiar-penjiar Indjil dari Djerman dan Swis, karena jang mula-mula mengirim perutusan Indjil adalah Rheinnische Missiongesellschaft zu Barmen jang bekerdja dalam tahun 1836 — 1925. Setelah itu pekerdjaan Zending diterima oleh Evangelische Mission Gesellschaft zu Bazel dari negeri Swis. Dalam tahun 1935 berdirilah Geredja Dajak Evangelis jang bekerdjasama dengan Zending Bazel. Dalam Synode tahun 1950 nama geredja itu diganti mendjadi geredja Kalimantan Evangelis jang bekerdja diwilajah Kalimantan Selatan dan Tenggara, terutama diantara suku-suku Dajak.

330