Halaman:Kalimantan.pdf/282

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

di Balikpapan sebuah kota buruh jang terbesar, sudah kelihatan usaha-usaha kedjurusan ini. Antara buruh dan madjikan telah didapat understanding jang baik dalam hal mempertinggikan mutu buruh atau keluarga buruh.

 Sebuah Mode Vakschool telah didirikan untuk buruh. Dalam Mode Vakschool ini diberikan peladjaran keradjinan tangan seperti mendjahit pakaian, boduur dan sebagainja dan peladjaran bahasa Inggeris. Jang lebih menggirangkan lagi karena sekolah dibiajai oleh Pemerintah. Telahnjata dengan bukti diatas, bahwa guna dan bimbingan Pemerintah terhadap buruh memang ada, tetapi jang djuga kelihatan perlahan djalannja, dihambat dan dihalangi oleh berbagai-bagai rintangan dan halangan. Hal ini tentu dapat dipahami kalau mengingat kesibukan-kesibukan pihak pemeritah dalam lapangan-lapangan lain jang dipandang lebih urgent dan primair seperti pembukaan Kalimantan dan lain-lain, sehingga kedjurusan ini hanja diberikan bantuan dalam batas-batas kesanggupan jang ada padanja.

 Sebaliknja, untuk mempertinggi mutu buruh-buruh itu sendiri memperbanjakkan initiatiefnja. Untuk mengadakan pengawasan sewaktu-waktu oleh Pemerintah ditempatkan Kantor Pengawasan Perburuhan di Bandjarmasin, disampingi pula dengan Kantor Penempatan Tenaga. Lain dari itu djuga telah dibentuk Panitia Penjelesaian Pertikaian Perburuhan, satu badan jang sewaktu -waktu dapat menawarkan djasa-djasa baiknja sebagi djuru pemisah dalam pertikaian buruh dan madjikan. Dalam kalangan buruh djuga ada jang disebut buruh liar, dan agak gandjil sebutannja ini, seakan-akan dia berlainan dengan rekan- rekannja buruh lain, jang djuga mengutjurkan keringat mendjual tenaganja dengan pihak lain, dan untuk itu dia mendapat upah. Tetapi demikian keadaannja mereka dikatakan ,,liar" untuk membedakan dengan kawan seperdjuangannja jang lain, mereka jang telah mengikatkan dirinja dalam organisasi atau serikat buruh.

 Buruh ,,liar" di Kalimantan masih banjak bilangannja. Mungkin djauh lebih banjak dari buruh-buruh jang telah terikat dalam organisasi. Entah sudah lama dipikirkan orang untuk menampung golongan ini agar kelompok mereka djuga bisa berbentuk suatu kesatuan, suatu organisasi jang dapat digabungkan dan difusi-fusikan, tetapi selalu gagal atau memang belum pernah dipikir pikirkan sampai disitu. Alhasil, mereka golongan ini tidak dapat ditampung begitu sadja karena tidak mempunjai functie sebagai buruh jang tertentu . Mereka bukan orang-orang jang bergadji tetap, tetapi kebanjakan terdiri atas orang-orang pengambil upah harian.

 Ada kalanja berminggu-minggu mereka tidak mendapat pekerdjaan. Dalam hal ini bukan pula ia menganggur, tetapi ibarat bunglon, sekarang telah berganti warna. „Buruh liar" ini menukar tjara perdjuangannja dengan pekerdjaan lain, pekerdjaan sementara jang sewaktu-waktu tidak dikerdjakannja. Diantaranja mendjadi tukang dajung betjak air, atau betjak diatas tanah, jang lain lagi mendjadi pengail diudjung-udjung djembatan atau pergi kehutan -hutan mentjari kaju api. Tjara perdjuangan mereka sekarang telah beralih benar-benar dari seorang jang menggantungkan hidupnja mendjadi suruh- suruhan orang mendjadi seorang ketji jang berdiri diatas kaki sendiri. Tetapi umumnja pekerdjaan begini kurang disukai oleh mereka, setjepat ada pekerdjaan lama terbuka

278