Halaman:Kalimantan.pdf/150

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Daerah Kalimantan jang dianggap Belanda mendjadi daerah kekuasaannja, dimana mereka telah dapat memperkuat kedudukan militernja dengan adanja pasukan K.M., K.L. dan KNIL dengan Sultan Hamid sebagai Djenderal Majornja, maka sebenarnja djuga sudah dapat menguasai seluruh keadaan, Akan tetapi tidak demikian halnja, Belanda tidak dapat mengembalikan „rust ea orde” didaerah Kalimantan. Tenteranja tidak tjukup banjak untuk dapat mendjaga akan „memelihara keamanan”, lebih-lebih dilapangan militer tidak amat menjenangkan baginja. Bagaimana untuk mendjaga keamanan dengan hanja 80.000 serdadu untuk seluruh Tadonesia? Untuk daerah Kalimantan sadja Belanda harus mempergunakan sebagian dari tenteranja untuk menghadapi gerilja jang sewaktu waktu menjerang mereka.

 Perang kolonial jang pertama dan jang kedua pada hakekatnja merugikan Belanda, karena dengan demikian mereka menambah kegusaran internasional, dan kebentjian rakjat didaerah pendudukannja. Mereka ditjap sebagai agressor, sebagai penindas gerakan kemerdekaan jang sudah mendjadi hak tiap manusia dan bangsa. Perang kolonial telah mendjelmakan semangat perdjuangan rakjat Kalimantan jang sesungguhnja. Mendjelmakan pahlawan muda seperti Hassan Basry jang hidup matinja mempertaruhkan djiwa raganja untuk bangsa dan agamanja.

 Jang amat menguntungkan bagi perdjuangan kaum gerilja Kalimantan, ialah bahwa bagi mereka tidak mengenal apa jang dinamakan „cease fire”, „demarcaticlijn” dan „penghentian permusuhan”. Bagi mereka tidak ada jang mengikat, tidak ada jang melarang untuk membinasakan Belanda, bergerilja terus siang dan malam. Kaum gerilja jang dipimpin oleh Hassan Basry jang pada mulanja hanja bersendjata bambu runtjing, pedang dan sumpitan, telah bertukar dengan sendjata-sendjata modern jang dapat dirampasnja dari serdadu Belanda. Mereka telah dapat menimbulkan keonaran dan huru-hara dalam kalangan serdadu Belanda. terutama dalam kalangan KNIL, sehingga diantara mereka itu ada jang menjerah dan menggabungkan diri dengan kaum gerilja.

 Dipinggiran kota-kota di Hulu Sungai dan sebelah pedalamannja dikuasai oleh kaum gerilja, terutama karena semangat ke-Islaman daerah ini sedjak dulu terkenal tidak ingin didjadjah oleh Belanda, memberikan bantuan jang besar terhadap kaum gerilja dan oleh karena itu, bagi Belanda daerah itulah jang dipertahankannja. Sementara itu daerah Kalimantan Timur, sekalipun nampaknja Belanda telah dapat menguasai seluruh keadaan, akan tetapi ada bagian-bagian jang merupakan bahaja bagi Belanda, jaitu daerah Tanah Gerogot, sedang di Kalimantan Barat perdjuangan gerilja menundjukkan pasang surutnja.

 Mendjelang tahun 1949 sedang tentera Belanda masih menduduki daerah Republik Indonesia, maka di Kalimantan Barat pada tanggal 10 Djanuari 1949 telah terdjadi lagi suatu pertumpahan darah, karena pada malam harinja pasukan gerilja melakukan serbuan dalam tangsi serdadu Belanda di Sambas. Dalam pertempuran itu pihak gerilja kehilangan beberapa anggautanja jang gugur, sedang jang lain mengundurkan diri masuk hutan. Keesokan harinja Belanda mengadakan patroli dan pembersihan dikampung-kampung, dalam mana banjak diantara rakjat jang tidak berdosa ditangkap dan dikurung.

 Pada tanggal 1 Mei Markas Bataljon ALRI Divisi IV telah dapat dibentuk di Sungai Tatas bagian Kuala Kapuas, dan pada tanggal 17 Mei 1949 Hassan

146