Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

akan mengaturnya.

Jadi, itu alasannya. Jadi, selama ini aku memang tidak tahu diri dan aku baru menyadarinya sekarang. Memang belum terlambat, tapi rasanya aku sudah menyia-nyiakan terlalu banyak.

"Mungkin ini salah Mama dan Papa juga. Dari dulu kami selalu menuruti kemauannya. Semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Karena itu dia tidak menghargai apa pun yang dimilikinya. Dia, bahkan, tidak tahu apa yang benar-benar diinginkannya."

"Ya, aku tahu, dia sampai sekarang masih tidak punya ambisi untuk apa pun karena dia tahu apa pun yang diinginkannya akan didapatkannya tanpa usaha. Bahkan, lebih mudah daripada membalikkan telapak tangannya."

Ceroboh sekali mereka, membicarakan aku. Mereka sama sekali tidak memperhitungkan aku akan mendengarkannya.

Astaga! Hari ini aku, kan, seharusnya les sampai sore. Aku lupa!

Aku kembali berjalan keluar, merekonstruksikan gerakanku dengan cara mundur. Karena kekerasan hati dan harga diriku yang tinggi, aku melakukan hal yang biasa aku lakukan.

Sampai di pintu depan aku berdiri sebentar kemudian berteriak, "Ma..., Tika pulang!"

Aku melemparkan tasku, melepas sepatuku dan juga melemparnya sembarangan, masuk ke dalam kamar. Dan, Mama lah yang akan membereskan semuanya, seperti biasa.

Mulai hari ini aku akan mengevaluasi diri, membuat rencana, dan mulai menghargai segala sesuatu yang aku miliki.

Sekarang, yang pertama akan kulakukan adalah menelepon Dian, sahabatku, yang ternyata sama sekali bukan seorang yang materialis.

86