Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/86

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sangat mencintainya lebih dari nyawaku sekali pun.”

Air berhenti sejenak. Menghirup udara. Lalu melepaskannya pelan-pelan. Seolah-olah ada beban berat yang tengah ditanggungnya. Ia mencoba menatap mataku. Wajahnya terlihat hambar meski aku telah memberikan senyuman.

“Tapi, itu masa lalu. Bukan itu sebenarnya yang ingin kuceritakan kepadamu,” lanjutnya.

“Lalu?”

Air menarik napas lagi. Kali ini terlihat kian berat. Kemudian ia berkata, “Alangkah sulit untuk jujur pada kenyataan!”

“Maksudmu?” tanyaku semakin tidak mengerti.

“Lama setelah masa lalu itu terkubur, diam-diam aku mencintai seseorang. Tapi sayang, ia tidak pernah tahu apa yang aku rasakan. Walau semua cara telah aku lakukan, selalu saja gagal. Mungkin aku bukan satu pilihan hatinya dari beribu-ribu pilihan. Dan, ini adalah takdirku. Tapi, ia selalu ada dalam nadiku. Menggelegak bersama darahku dan mengalir dalam tubuhku. Mungkin kau belum pernah merasakannya.”

Air menatapku, seolah meminta jawaban dan berharap aku mengatakan belum pernah. Aku tersenyum simpul, tapi barangkali luka untuknya, dan hatiku bertanya, apa yang sedang engkau ceritakan, Air? Aku benar-benar tidak mengerti segala yang kau kisahkan.

“Aku sudah lelah, Nin. Apalagi menahan rasa ini, sungguh membuat kusakit. Aku ingin bebas dari semua ini. Bebas, seperti burung yang bisa menentukan sendiri ke mana ia akan terbang, tidak diatur oleh siapa pun. Menentukan jalan hidup sendiri dan melayang tanpa beban. Itu yang aku inginkan. Otakku sudah lelah untuk berpikir, Nin.”

Air diam. Berhenti beberapa detik. Lalu meneruskan kalimatnya. “Tapi, cinta ini seperti mengepungku.”

Ada kegetiran kudengar dari kalimat terakhimya dan aku tiba-tiba serasa hanyut ke dalam suasana asing yang tak menentu.

“Air, boleh aku tahu laki-laki itu?” tanyaku hati-hati.

Air menatap bola mataku. Dalam. Tak berkedip. “Tak ada lelaki, Nin,” ucapnya tak lama kemudian. “Mungkin ini gila.


74