Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/85

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tiap malam kuciumi bayangan itu. Perempuan yang kuinginkan sebagai kekasih... 6)

Kata demi kata kucerna perlahan. Tapi, aku tidak mengerti apa yang ia tuliskan. Sesuatu yang samar. Absurd. Mungkin ada roh jahat yang mengubahnya seperti ini, Atau benarkah ia mencintai seseorang? Tapi, siapa? Kucoba untuk membacanya lagi. Berharap akan mengerti. Tapi, yang kutemui hanya kesamaran, asing, dan fatamorgana. Aku tak menemukan sedikit pun makna.

“Ayolah, Air. Jalan kita masih panjang. Biarkan lentera hatimu menyala agar kau tak redup. Dunia memang keras. Mari kita berjuang. Hidup tak berhenti di sini, ini baru permulaan. Berikan cahayamu ke semua orang agar mereka tidak kalap dalam kegelapan,” ucapku berusaha menghibur seolah-olah aku paham persoalan yang dihadapinya.

“Kau tidak mengerti perasaanku,” lanjutnya.

“Tapi, aku melihat kesedihan.”

“Apa yang kau mengerti tentang kesedihanku? Tak ada satu pun yang kau tahu tentangku. Tak satu pun!” seolah sebuah ledakan keras. Bak petir, ia menyambarku dengan ucapannya yang tajam. Aku tersayat-sayat, sangat perih. Kalimatnya menabuh dadaku sangat kuat dan bertubi-tubi mengenai jantungku. Aku kalah. Terpana. Diam dalam keterkejutan yang parah. Hanyut dalam ketidakterdugaan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Ah, Air. Apa sesungguhnya yang engkau sembunyikan.

Tak pernah kubayangkan kemarahannya itu tertimpa kepadaku, seperti kobaran api yang merayap menembus celah-celah pinus yang rapuh. Hangus. Aku bagai arang yang tak berguna. Yang seketika akan bisa menjadi abu dan dibawa angin pada kehancuran. Ada apa sebenarnya, Air?

“Tiga tahun yang lalu aku bertemu dengannya. Pada satu tatapannya yang tajam, begitu saja telah menembus jantungku. Aku lemah. Aku kira ia begitu perkasa, jika dibandingkan dengan para lelaki hidung belang yang hanya mengejar nafsu sesaat. Nafsu yang sangat murahan. Aku memujanya. Aku mendambakannya dan membayangkan ia akan menjamahku tiap malam dan menyanyikan lagu nina bobok untukku. Sampai aku terlelap dalam angan-angan. Aku


73