Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

TELAH KUCINTAI BUNGA


Siska Fitriani

Payolanteh, Payakumbuh



PAGI yang masih teramat muda, pada waktu yang selalu menua. Cahayanya menjamah lembut pada ujung-ujung kambojn yang merekah. Menyelip pada celah daun dan menimpakan cahaya remang pada bangku-bangku kayu di sudut taman. In selalu di situ. Setiap saat. Gadis yang bertubuh bening dan hati jernih, ia bukan seorang Principessa " yang menanti seorang pangeran berkuda putih. Bukan seorang Querida yang menanti belaian mesra pasangannya. Ia Air. Air yang menulis sunyi. Selalu. Telah kucintai bunga, pada bumangan nasib yang debu. Bagai lelaki sepi, dan kenang mempersuntingnya. Bunga, merekahlah! Bersama waktu kita kan berkenalan dengan perih. Oh, betapa...

Entah mengapa, kali ini Air mengajakku duduk di bangku bangku kayu di taman itu. Sesuatu yang sesung- guhnya tidak biasa karena setiap hari ia akan menikmati

70