Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

"Hmm, Rin, kita jalan-jalan keluar, yuk. Kulitmu butuh udara sore yang segar biar nggak kelihatan pucat lagi?" ajak Vini.

"Iya, nih. Sini aku bantu dorong kursi rodamu." Gito mendorong kursi roda Laurin ke luar kamar. Lanrin langsung berpaling ketika melewati ruang tengah. Terlalu menyakitkan baginya kembali menatap pianonya. Vini dan Gito menyadari hal itu. Mereka saling berpandangan dan mengangguk paham apa yang sedang terjadi pada sahabat mereka.

Kebun belakang rumah Laurin terhampar luas dan ditumbuhi berbagai macam tanaman. Di sinilah tempat yang paling tenang untuk memperoleh inspirasi dalam menggubah musik terbarunya. Untuk menghibur suasana hati Laurin, Vini dan Gito mengajaknya bermain melupakan kesedihannya. Mereka bagi kisah yang terjadi di sekolah selama Laurin tidak masuk. Vini juga banyak menceritakan buku-buku baru yang dibacanya. Mau tidak mau Laurin tertawa juga dengan ocehan teman-temannya itu. Dia mulai menyingkirkan semua pikiran negatif di benaknya. Ia biarkan dirinya hanyut dalam keakraban mereka. Laurin merasakan ada sebuah melodi nan indah yang berasal dari suatu kolaborasi menakjubkan antara keresek dedaunan, riak air, kicau burung, dan berbagai suara hewan di sekitamya.

"O ya, Rin, kami punya sesuatu untukmu. Pinjam saputangan, dong, Vin," ujar Gito seraya mengedipkan mata pada Vini.

Vini pun merogoh sakunya dan memberikan sehelai kain kecil bergambar ranting-ranting gersang kepada Gito. Kemudian Gito melingkarkan sapu tangan itu di mata Laurin.

"Sorry, ya, Rin. Jangan ngintip, lho!"

Laurin mengangguk pasrah. Entah apa lagi yang direncanakan sahabatnya.

Pelan-pelan Gito mendorong kursi roda Laurin masuk ke dalam rumah yang diikuti oleh Vini. Di tempat tujuan, Gito segera melepaskan saputangan dari mata Laurin.

"Silakan dibuka."

Laurin tercengang melihat sesuatu yang ada di had pannya. Piano berwarna kecokelatan dengan tuts tuts hitam

67