Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tempat yang disponsori langsung oleh rekan ayahnya dan perusahaan rekaman. Sejak itu ia menjadi sosok yang cukup dikenal di kotanya sehingga membuat ia tumbuh sebagai anak yang mandiri dan lebih percaya diri.

Tetapi, keadaannya saat ini berbeda. Semua orang akan memandangnya sebagai anak cacat tak berdaya yang pantas dikasihani. Apa yang harus ja perbuat sekarang? Ia tidak sanggup melihat pianonya “menganggur” menantinya untuk “bekerja sama” kembali. Tidak untuk saat ini.

Angin sore masuk menyibakkan poninya dan tampaklah guratan bekas luka di keningnya. Wajahnya masih kelihatan pucat dengan rona hitam di bawah mata yang merah karena terus menangis. Tiba-tiba terdengar sebuah suara di belakangnya.

Awan bergulung memutar angin
Kusapa di balik mata berkaca
Terempas, terjatuhku tanpa sayap
Tertumpah pedih dalam napan duka
Gunggunglah aku hingga batas langit
Biar terbakar amarah mentari
Dan kulawan tarikan bumi
Kan kuciduk dan kumandikan
Semua bersaksi di nadi alam.

Laurin memutar tubuhnya dan tampak Vini serta Gito berdiri di samping pintu kamarnya. Laurin segera menghapus air mata dan merapikan rambut yang berantakan. Kata-kata yang baru saja terucap dari mulut Vini tidak membuat keadaannya menjadi lebih baik.

“Buat apa kalian datang kemari, jika hanya ingin menghinaku. Kukira kalian lupa denganku,” ujar Laurin.

“Lho, kok, kamu jutek gitu, sih? Kami datang untuk menjengukmu. Kami, kan, temanmu,” jawab Gito kecewa dengan respon Laurin yang begitu sinis.

“Gimana kabarmu? Nih, kami bawain buah-buahan seger, biar wajahmu cerah kembali. Lihat aja, tuh, kerutan di dahimu udah mencapai dua puluh lipatan,” ledek Vini.

Gito menyikut lengan Vini agar tidak terlalu banyak mengoceh.


66