Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

yang terjadi? pikir Laurin kemudian.

Ibu Laurin perlahan menghampiri dan duduk di samping tempat tidur. Bulatan hitam tampak melingkar di bawah matanya. Jelas sekali bahwa ia terus mencemaskan keadaan Laurin sehingga lupa tidur. Di belakang ibu, berdiri ayah dan abangnya, Tio, yang juga kelihatan sangat lelah.

"Di... di mana Laurin, Bu?" tanya Laurin serak.

"Ssst! Jangan banyak bicara dulu, Nak! Kamu ada di rumah sakit," bisik ibunya.

Pintu ruangan terbuka dan seorang dokter masuk diikuti oleh dua orang perawat berpakaian serba putih. Dia berbicara dengan orang tua Laurin seperlunya dan kemudian ibu, ayah, serta Tio keluar meninggalkan Laurin bersama perawat dan dokter itu. Mereka memeriksa kondisi Laurin, mulai dari tekanan darah sampai pada perban yang melekat di kepala dan tangannya.

"Baguslah. Kamu sudah siuman, Nak. Tekanan darahmu juga normal. Banyak istirahat, ya, Laurin," pesan dokter itu yang diikuti dengan anggukan lemah Laurin. Dokter dan dua perawat pun berlalu dan kemudian abangnya masuk seraya tersenyum.

"Apa yang terjadi pada Laurin, Bang?" tanyanya.

"Hmm, kamu sudah terbaring tak sadarkan diri selama empat hari di sini. Waktu itu kamu mendapat kecelakaan mobil. Tapi, lebih baik kamu jangan pikirkan itu dulu. Kamu harus cepat sembuh. O ya, ada salam dari teman-temanmu kemarin, spesial dari Vini dan Gito."

"Tapi, apakah lukaku parah hingga aku pingsan berhari-hari? Lalu konser itu..."

Tio tidak menjawab pertanyaan itu. Kesedihan mulai terpancar dari wajahnya. Dia tidak tega menjelaskan kenyataan yang menimpa adiknya. Dan, akhirnya terucap dua kata dari mulutnya. "Konsermu batal." Kemudian Tio memalingkan wajahnya dan beranjak ke luar ruangan meninggalkan Laurin seorang diri.

Jawaban singkat itu menyisakan seribu tanda tanya di benak Laurin. Ia tahu abangnya menyembunyikan sesuatu darinya. Perasaannya kalut, ditambah lagi pikiran yang bercabang-cabang. Berbagai dugaan buruk datang bergantian

62