Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Permisi, ini makanannya, ini paket khusus, Iho, Mas.”

“Paket khusus apa, Mbak?” tanya Raiz bertanya kepada si pramugari.

“Paket khusus pengantin baru, selamat menikmati.”

Apa? Pramugari itu menyangka kami sudah menikah. Raiz memberikan senyuman manisnya kepadaku. Layak orang yang suka menggoda.

“Udah diaminkan belum, Za ?”

“Apa?”

Dia tersenyum kembali kepadaku. Apa maksudnya?

***

Bandara Internasional Minangkabau menyambut tangisku. Aku berjalan menghindar dari Kak Raiz. Dia hanya menambah pedihku.

Ponselku berdering. Kali ini ada sms.

Ass, Dik, Kak Gibran yang jemput. Kamu pulang bareng dia, ya. Take care.

Ini pesan dari uniku, Raigha. Aku menatap ke arah luar. Astaga, aku melihat Kak Gibran berbincang bersama Kak Raiz. Sesekali Kak Raiz melihat ke arahku, kali ini menunjuk dan berjalan ke arahku.

“Sama, kan? ayo aku angkat barangnya, silakan.”

Dia membawa barangku, dia berjalan duluan. Aku hanya diam. Selama perjalanan satu jam, aku lebih banyak mengangguk. Tidak terlalu banyak komentar.

Sesampai di rumah, aku terkejut sekali. Tenda-tenda telah dipasang. Pelaminan telah berdiri kokoh, siapa yang akan menikah?

***

Selesai membersihkan diri dan menenangkan hati, aku berjalan ke luar. Melihat banyak yang berkumpul, aku urungkan ke sana. Aku melihat dari balik kaca. Naisha, sahabatku, Rafli, mantan ketua Rohis di SMA-ku dulu, Kak Gibran, uniku, dan para tetua.

Ada apa ini?

Mereka berjalan masuk ke dalam. Naisha memelukku erat, jilbab lebar putihnya menyapa wajahku. Rasanya aku ingin menangis. Aku melihat tiga model undangan perni-

42