Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berputar, dan itu pun pertanda waktu terus berjalan.

Lalu, untuk penggalan waktu berikutnya ia pun harus bisa menyesuaikan diri lagi terhadap dunia nyatanya, kembali kepada keluarganya. Mau tidak mau dia harus melakukannya. Ia harus kembali ke rumahnya dengan segala ketiadaan dan kenistaan yang dilemparkan orang-orang kepadanya dan keluarganya. Memang tak bisa dipungkiri, layaknya orang-orang terdahulu yang memberi nilai kepada orang Iain hanya berdasarkan pada satu kata “ekonomi.” Jika seseorang mempunyai ekonomi yang baik, atau bisa dikatakan “ber-uang”, secara alami kedudukannya berada pada “cabang atas”. Sementara itu, mereka yang tidak “ber-uang”, harus rela berlapang dada menerima semua hujatan dan cercaan yang datang, bagaikan tetes hujan yang jatuh ke bumi. Begitu juga halnya dengan bocah tersebut, yang baru berumur semuda itu harus bisa menelan pahit getirnya cercaan terhadap keluarganya. Dan, ia pun tidak memungkiri, bahkan kalau boleh ia bercerita, ia akan mengatakan keluarganya jauh lebih parah daripada yang diperbincangkan orang dari mulut ke mulut.

Nama bocah yang berlari itu adalah Tulin. Entah dari mana datangnya nama itu, yang pasti panggilan itu aneh dan terlalu singkat. Tidak ada embel-embel di depan ataupun di belakangnya. Ia tidak tahu mengapa kedua orang tuanya memberi nama itu. Barangkali saja mereka memiliki alasan khusus. Pernah juga ia berpikiran, mungkin saja dahulu—hingga kini—harga sebuah nama berbanding lurus dengan panjang nama itu sendiri, hingga semakin panjang sebuah nama semakin mahal jualah biaya yang harus dikeluarkan untuk upacara pemberian nama itu, pun, sebaliknya. Ia tahu keadaan keluarganya. Bahkan, sekarang ia pun mulai bimbang, apakah dahulu ada sedikit jamuan untuk upacara pemberian namanya atau tidak. Besar kemungkinannya tidak.

Tulin terus berlari tanpa sedikit pun merasa risih terhadap batu-batu yang membentang sepanjang jalan. Yang ditujunya adalah sebuah rumah sangat sederhana yang ada di ujung jalan, rumahnya.

Dinding rumah tersebut terbuat dari anyaman bambu yang Sudah teramat tua. Sebagiannya telah tampak menghi-