Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kuyup. Warna tas itu hitam mengilat. Tebal. Tampaknya, ia kepunyaan kaum kalangan atas. Hati bocah itu tergerak, kemudian secara perlahan tangan mungil kumuhnya memegang resleting tas tersebut. Jantungnya yang berdebar kencang, menjadi semakin kencang, Akhirnya tas terbuka dan ujung-ujung kertas berharga tersembul dari dalamnya. Uang. Tanpa ia sadari, ia tidak Jagi berlari.

Bocah itu baru saja akan tersenyum saat mendengar keributan dari kejauhan. Ramai meneriakkan kata jambret. Sesaat ia memutar tubuh, mencoba mengetahui gerangan apa yang terjadi, Tiba-tiba saja segerombolan orang sudah berada di hadapannya. Mereka langsung merebut tas hitam yang tetap ia pegang erat. Untuk selanjutnya kemarahan memuncak. Mereka memukul si bocah bertubi-tubi. Terus, tiada ampun.

Si bocah, sekecil itu, menerima hantaman demi hantaman, Tak ada yang dapat diperbuatnya. Ia hanya diam memagut diri menahan perih untuk tubuhnya dan untuk kehidupannya. Ia tidak menangis.

***

Scorang bocah tampak berlari kecil menyusuri jalan setapak berbatu. Raut mukanya menyiratkan sedikit ketergesaan. Ia terus saja melangkah walaupun terkadang derap kakinya melambat karena saat itu pastilah kaki kecilnya menginjak bongkahan batu yang tajam, paling tidak bisa menimbulkan suatu perih yang tiba-tiba.

Kedua tangan bocah itu memegang saku celananya, kiri dan kanan, karena di sana tersimpan beberapa puluh kelereng yang baru saja ia menangkan. Baginya, setiap butir kelereng adalah wujud Tain kebahagiaan. Entah mengapa, setiap bunyi yang dihasilkan oleh masing-masing kelereng itu dirasanya sebagai suatu kebebasan, yang juga berarti tertawa. Ia dapat Merasakan kepuasan saat kelereng-kelereng itu ia mainkan dengan jemari tangannya yang kumuh, melemparkan, dan akhirnya memenangkannya. Hanya pada saat itulah, ia merasa sebagai seorang bocah yang dunianya penuh dengan suka, ceria, dan tawa. Maka dari itu, ja harus bisa menikmati semuanya, sebelum matahari beranjak, pertanda bumi

27