Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Jambreeeet....jambreet...”

Semakin ramai. Semua mata kemudian tertuju pada satu titik, lebih tepatnya satu orang. Lalu tanpa ada perintah, satu, dua, tiga orang berlari mengejar seseorang. Yang lain pun tidak mau ketinggalan, turut menyatu dalam kejar-kejaran. Akhirnya, jadilah sekelompok besar pengunjung pasar mengejar seorang pemuda gondrong.

Wajah pemuda itu kasar dan teramat sangar. Sinar matanya tajam dan kelam serta melambangkan keteguhan yang luar biasa. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah lari dan lari. Rambut gondrong tak menghalangi penglihatannya. Ia terus saja menerobos manusia yang ada di tempat itu, saat itu. Tak ada yang dapat menghalanginya. Mungkin karena kepanikannyalah ia bisa lari sebegitu cepat. Atau, mungkin itulah satu-satunya keahlian yang ia miliki. Ia terus berlari hingga mencapai satu persimpangan jalan dan tepat di persimpangan itu pula terdapat sebuah toko. Lalu tanpa pernah diduga seorang bocah berlari keluar dari area parkir toko tersebut dalam keadaan basah kuyup. Bocah tersebut berlari beberapa langkah di depan si penjambret. Beberapa jenak kemudian, si bocah dan pemuda itu tampak berlari sejajar. Tanpa pikir panjang pemuda penjambret itu mengambil tangan kurus kumuh si bocah dan meletakkan tas yang tadi ia jambret di genggaman si bocah. Kasar. Entah apa yang dipikirkan si pemuda, namun yang pasti tas hasil jambretan telah berpindah tangan. Barangkali juga, itu adalah semacam usaha penyelamatan diri dari kejaran massa. Entahlah, masih berlari.

Kejadian itu terjadi sekejap mata, mungkin kurang. Layaknya seorang pesulap profesional yang mengecoh penontonnya dengan sedikit selipan jari. Selanjutnya, ia tetap berlari meninggalkan si bocah dalam naungan rasa bingung dan heran yang tiada terkira. Bocah itu teramat tidak mengerti ketika menerima tas kulit berwarna hitam yang ia tak tahu milik siapa. Lari si bocah melambat.

“Ini rezeki...,” pikir si bocah.

Lama. Bocah itu memperhatikan tas yang baru saja ada di tangannya sembari terus mencoba merangkai langkah cepat menjauh dari pemilik toko yang tadi membuatnya basah

26