Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/33

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nya jadi merinding.

Penampilan tunggal bapak dengan iringan musik yang juga mempengaruhi emosi penonton, tiba-tiba kisruh. Bapaknya jatuh tersungkur. Tadinya penonton berpikir, hal itu merupakan bagian dari pertunjukan. Akan tetapi, orang-orang dari balik panggung bermunculan seraya membopong Bapak Gugum. Tirai panggung ditutup.

***

Di rumah sakit, Gumilang menunggu dengan gelisah. Detik berganti menit dan menit pun berganti dengan jam. Satu jam lebih, Gumilang mondar-mandir di depan ruang gawat darurat, wajahnya terlihat masih pucat. Bahkan, tak satu pun teman kerja bapaknya mampu menenangkan Gumilang.

Pintu ruang UGD berderit, pria berjas putih keluar dan meminta salah seorang anggota keluarga pasien mengikuti beliau ke ruang dokter, Di ruangan tersebut, dokter menjelaskan kepada Gugum bahwa tekanan darah bapak drop karena bekerja terlalu keras, tubuhnya sangat lemah sehingga harus diberi suntikan cairan infus. Lalu dokter tersebut terus bicara panjang lebar dengan bahasa medis yang tak dapat ia cerna. Yang jelas baginya, bapak didiagnosis terkena anemia dan harus istirahat total selama enam hari di rumah sakit agar kesehatannya dapat selalu dipantau. Mendengar itu, Gugum sanksi apakah dia harus membiarkan bapaknya di rumah sakit, atau membawanya pulang saja. Minum obat-obatan alami, nanti juga sembuh. Ah, pikirannya kacau. Dapat uang dari mana untuk membayar rumah sakit.

Seakan menjawab pertanyaannya, tak lama penanggung jawab dari teater yang baru saja digelar datang ke rumah sakit menjenguk bapak Gugum. Mereka turut merasa sedih atas kecelakaan yang menimpa bapaknya. Dan, memutuskan untok menanggung biaya rumah sakit.

Gugum pulang menjemput pakaian bapaknya untuk menginap di rumah sakit. Ia buka lemari kayu di sebelah dipan bapaknya. Tiba-tiba matanya tertuju pada lembaran kertas yang menyembul dari balik tumpukan baju. Pelan-pelan ditariknya kertas-kertas tersebut. Ternyata semua berisi puisi-puisi karya bapaknya yang belum pernah ia baca sebelumnya.

21