Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

saat itu. Tidak seperti biasanya, ketika bapak pulang dengan wajah letih, yang membuatnya semakin terlihat tua.

“Ayo, ke sini dulu, Gum! Bapak punya berita baik,” perintah bapak sambil duduk di kursi rotan tua, tempat ia biasa melepas lelah.

Bapak mulai bercerita bahwa ia diajak ikut main teater di gedung kesenian pusat kota oleh seorang kawan lama, Dino namanya. Bapak kelihatan begitu bangga. Ia dulu memang pernah bercerita pada Gugum, kalau ada kesempatan, ia ingin terlibat dalam sebuah perhelatan teater yang hanya diadakan lima tahun sekali di kota itu. Tidak mengherankan, apabila bapak begitu bahagia. Karena itulah bapak menggunakan uang yang ia dapat hari itu untuk membeli nasiramas sebagai perayaan kebahagiaannya.

Gugum tidak mengerti arti penting terlibat dalam perhelatan itu bagi bapaknya. Tapi, yang jelas, apabila bapaknya senang, ia pun akan ikut berbahagia.

Satu bulan menjelang perhelatan tersebut, bapak Gugum terlihat begitu sibuknya. Pergi pukul delapan pagi dan pulang lagi pukul delapan, malam harinya. Setelah pulang pun bapak tidak langsung istirahat, ia berkutat dulu dengan sajak-sajak yang hendak ia bawakan, guna memberi beberapa sentuhan akhir di sana-sini. Gugum merasa terabaikan, namun ia mencoba memaklumi akan impian yang telah lama ingin diraih bapaknya itu. Akan tetapi, tentu sebagai konsekuensinya, Gugum harus belajar untuk dapat mengurus dirinya sendiri.

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Setelah berminggu-minggu bekerja keras, kini saatnya memberikan yang terbaik. Gugum diberikan bapak tiket VIP pada barisan depan deret ke empat dari kanan. Meski tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesenian, Gugum penasaran juga melihat hasil kerja keras bapaknya.

Pertunjukan dimulai dengan musik yang mengalun lambat, diikuti tarian topeng. Kemudian, sampailah pada giliran Bapak membawakan sajak. Ah, tidak sia-sia rupanya bapak Gugum bekerja keras selama ini. Ia terhanyut dalam

suasana. Bapak bersuara lantang, dengan mimik, dan gerak tubuh yang sempuma. Membuat siapa pun yang mendengar-

20