Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dua kali sehari dan mengopi beberapa buku pelajaran dari teman, sedangkan seragam sekolah dapat ia peroleh dari sepupu jauh yang telah menamatkan sekolah menengah atas.

Terkadang ia merasa segan kalau ada temannya yang bertanya, “Gum, Bapakmu kerja apa?” atau, “Bapakmu di mana kerjanya, Gum?” Dengan jawaban diplomatis, Gugum panggilan akrabnya--menjawab bahwa bapak kerjanya berpindah-pindah karena cepat bosan. Meskipun maksudnya berpindah darisatujalanan kejalanan lain, tergantung orang ramainya di mana. Tentu orang lain bisa saja mengartikan dipindah-pindah ke tuar kota atau bapak mudah cari kerja Sehingga dapat memilih pekerjaan sesukanya.

Bapak Gugum, sebenarnya pembaca sajak lepas dari satu tempat ke tempat lain. Sajak yang dibawakan kadang karya sendiri atau karya penyair yang diambil dari koran-koran bekas. Syukur-syukur, kalau ada yang mengajaknya ikut teater kecil-kecilan buat bantu-bantu. Kalau tidak, ya, membawakan sajak-sajak di jalanan, Kalau sedang ramai kadang dapat lumayan, cukuplah buat makan selama 3 hari, tapi pernah Juga cuma dapat 1.200 perak setelah kerja seharian.

Gumilang berkaca, Gumilang menangis...

Hendak berangkat sekolah, Gumilang membuka percakapan dengan bapaknya.

“Pak, mengapa tidak cari pekerjaan tetap saja, sih, biar penghasilannya juga tetap? Kan nggak perlu pusing mikir mau makan apa besok, apa enaknya capek-capek baca puisi, cari Puisi, bikin puisi siang malam, tapi cuma sedikit yang menghargai,” setidaknya begitulah pendapat Gugum yang lebih senang bermain angka-angka rumit dengan seribu satu nimus, di balik meja belajar tripleksnya.

Bapak Gugum sejenak tersentak kaget dengan penilaian anaknya terhadap pekerjaan yang telah puluhan tahun ia geluti. Pekerjaan yang selama ini ia cintai, pekerjaan yang selalu dapat dinikmatinya di tengah kegetiran zaman, pekerjaan yang tidak pernah banyak menuntut, bahkan kertas-kertas yang selama ini ia gores dalam berbagai baur Pmosi tidak merasa keberatan atas tindakannya. Namun, kini anak yang paling ia cintai melebihi dirinya sendiri, satu-satunya buah cinta yang ditinggalkan almarhumah istrinya,