Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sejak ia bercerita itu, keadaan nenek tidaklah membaik, malah semakin memburuk. Kesehatannya langsung menurun tajam, ia kini terbaring ditempat tidur. Segala kegiatan seharihariia lakukan di tempat tidur, mulai dari salat sampai makan dan minumnya.

Beberapa dokter telah dipanggil dan obat kampung pun telah ia minum. Alasan semua dokter pun sama, penyakit tua, kata mereka. Aku tidak terlalu merisaukannya. Aku tahu kesehatan nenek menurun karena kondisi psikologisnya. Ia sangat tertekan kehilangan bakiak itu. Oleh sebab itu, sampai saat ini aku terus mencari bakiak itu. Aku yakin kalau bakiak itu ketemu kesehatan nenek pasti membaik.

“Tentang bakiak itu, Nenek sudah merelakan. Nenek sudah ikhlas!”

Aku menghentikan suapan ke nenek. Tiba-tiba saja nenek berkata seperti itu, padahal dua hari yang lalu nenek masih memaksaku agar bakiak itu terus dicari, agar segera ditemukan. Sekarang, sikap nenek malah berbalik. Tapi, aku malah semakin memikirkannya.

Nenek mengembuskan napas terakhirnya setelah satu bulan terbaring di tempat tidur. Muka nenek tampak begitu tenang. Senyumnya yang selama ini tidak pernah terlihat, kini tampak menghiasi bibirnya. Mungkin baru kali ini nenek tersenyum atau mungkin juga sudah Jama nenek tidak tersenyum.

Tersenyum saat semuanya telah fa ikhlaskan. Mungkin akulah yang paling sedih dan paling menyesal. Sampai jasad nenek dikuburkan, bakiak itu belum juga kutemukan. Aku menyesali diri sendiri yang tidak mampu menemukan bakiak itu kembali. Sedih kepada diri sendiri yang tidak mampu berbuat sesuatu untuk nenek.

***

Bulan Ramadan tidak beberapa hari lagi. Kebiasaan keluargaku setiap memasuki bulan Ramadan membersihkan rumah. Ibu selalu mengatakan, bulan suci harus disambut dengan kesucian juga. Oleh sebab itu, selain membersihkan diri, kami juga membersihkan rumah tempat kami berdiam.

Biasanya, kami selalu berbagi tugas. Ibu selalu member-

6