Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Namun, kebahagiaan Nenek tidak berlangsung lama, tepatnya setelah delapan tahun pernikahan kami, saat komunis merajai negeri ini. Kakekmu dituduh komunis karena bakiak itu. Saat itu bakiak merupakan barang komunis, sangat identik dengan komunis. Bakiak dipakai komunis untuk mencari pendukungnya kepada para petani dengan cara membagi-bagikannya. Jadi, siapa yang memakai bakiak, ia komunis.

Saat komunis jatuh, para pendukungnya ditangkap dan diasingkan oleh masyarakat. Saat itu kakekmu yang juga dituduh komunis ikut ditangkap, namun tidak lama karena tidak terbukti, Tapi, yang lebih menyakitkan, pandangan masyarakat telah berubah terhadapnya. Ia diasingkan masyarakat sampai akhir hayatnya.

Hal itulah yang sangat menyakitkan Kakek dan Nenekmu ini. Hanya karena memakai bakiak, orang langsung dituduh komunis. Itu juga sebabnya mengapa Nenek masih setia memakai bakiak. Bakiak itu sesuatu yang paling berharga bagi kehidupan Nenek dan Nenek juga ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa apa yang selama ini mereka pandang terhadap keluarga kita sangatlah salah, selain ingin member sihkan nama Kakekmu.

Selama hidup dengan Nenek, Kakekmu tidak pernah kelihatan bahagia karena keadaan. Kasihan Kakekmu. Tapi, untunglah, sekarang pandangan orang terhadap keluarga kita telah berubah, itu pun karena bakiak itu yang selama ini Sangat sctia menemani Nenek ke masjid. Jadi, walau bagaimanapun peranan bakiak itu tidak akan tergantikan.”

Aku tertunduk, tidak mampu berkata apa-apa lagi. Ternyata, sepasang bakiak sangat berarti dalam hidup nenek. Bakiak itu telah menjadi bagian dan kehidupannya, bagian yang tidak akan terpisahkan. Tapi, aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bakiak yang baru aku beli itu kini hanya pantas menjadi seonggok kayu yang siap dijadikan kayu bakar.

Bakiak itu, harus ke mana lagi aku cari. Rasanya tidak mungkin menemukan bakiak itu kembali. Aku telah berusaha mencarinya, bahkan sampai ke masjid. Aku kini benar-benar menyerah, menyerah pada keadaan.

***

5