Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/173

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Oh, begitu! Ini buatan tangan putriku, Rasel, Dia berumur 9 tahun, tapi begitu ibunya meninggal, dia menjadi gadis kecil yang banyak memikirkan segala hal mengenai pekerjaan ibunya dulu. Makanya, aku sangat senang memakai celemek dan topi ini!” ucap paman itu tampak senang.

Jadi, paman itu memiliki seorang putri kecil? Ternyata, itu alasannya ia berpakaian aneh.

“Tapi mengapa toko ini selalu dibuka tengah malam? Dan kalau sudah siang tidak ada lagi Toko Kue Rara. Ditambah lagi, paman sangat mirip dengan pemilik toko peralatan tulis itu. Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Adi, akhirnya. Aku pun juga ingin tahu hal itu.

Dengan ragu dia menatap kami semua. Ia pun tampak bingung harus berkata apa. “Hmp! Begini..., aku dilahirkan kembar dengan orang yang kalian jumpai di kala siang hari. Walaupun kembar, kepribadian kami tidaklah sama. Hal itu yang menyebabkan kami harus berbagi waktu dan tempat untuk meneruskan toko warisan orang tua kami ini. Tapi, tampaknya keadaan ini membuatku lelah karena harus bergadang.”

“Tapi, kalau begini terus, Bapak, kan, bisa jatuh sakit? Anak bapak pasti akan sedih dan khawatir, kan?” ucapku cemas.

“Tenang saja. Apakah kalian tahu? Kepanjangan dari 'ram' adalah relish, aspiration, dan memory. Aku ingin orang lain merasakan bahwa kue buatanku memiliki cita rasa yang unik dan selalu memberikan keinginan bagi orang lain untuk menikmati kue buatanku. Tidak ada artinya jerih payahku selama ini, apabila Rasel setiap malam memikir-kanku sampai jatuh sakit. Oleh karena itu, aku tidak ingin Rasel cemas...”

“Begitu .......... ,” ucap Adi sedikit bersimpati.

Esoknya, Adi menyuruh kami berkumpul lagi. Kurasa ada sesuatu yang direncanakannya.

“Adi! Kok, kita ke toko itu lagi, sih?” tanyaku heran.

“Tenang. Yuk, kita masuk,” ajaknya tanpa cerita apa pun padaku dan Desi. “Ng, sebenarnya ada apa, sih?” gumam Desi yang kebingungan seperti aku.

161