Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/165

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bertuliskan “Toko Perlengkapan Alat Tulis”.Apa mungkin aku hanya bermimpi semalam? Tapi, buktinya kue yang diberikan Bang Koko setelah membelinya di toko kue itu ada padaku. Mengapa bisa begini?

“Riska...? Kok, toko alat tulis, sih?” gumam Desi kecewa. Ia mengerutkan dahinya sambil menatapku.

Nggak tahu juga, Des! Tapi, aku benar-benar yakin kalau toko itu di sini! Dan buktinya kue itu yang kubeli bersama Bang Koko masih ada, kok!” ucapku sama bingungnya dengan Desi.

“Untuk lebih pastinya kita masuk saja, yuk!” ajakku memaksakan diri.

Sebetulnya aku berharap ini hanyalah mimpi dan toko ini bukan toko yang sama. Dan, Toko Kue Ram itu berada di sebelah toko ini.

“Permisi...,” ucapku pelan.

Aku memperhatikan keadaan di dalam toko itu. Keadaannya benar-benar berbeda dengan toko kue itu. Tidak ada meja-meja yang ditutupi kain berenda, tidak ada kue-kue cantik yang ditata rapi, tidak ada ruangan yang luas, dan tidak ada pemilik toko yang ramah dan aneh itu. Sebagai gantinya, ruangan itu dipenuhi rak-rak tinggi yang menutupi sebagian dinding dan penuh buku-buku pelajaran. Juga ada etalase panjang yang terdapat perlengkapan alat tulis. Kaca etalase itu sudah kusam dan tergores, seperti sudah lama terpakai. Benar-benar bukan toko kue yang kemarin malam kukunjungi!

“Mau beli apa, Dik?” seru seseorang dengan suara serak.

Mata kami tertuju pada orang itu. Dia seorang laki-Iaki yang penampilannya cukup rapi. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana panjang berwarna biru. Ja juga memakai sepatu hitam yang tampak bersih dan berkilap.

Ng... nggak, Pak! Kami mau tanya, kok toko ini berubah, sih?” ucapku tanpa sadar. Tampak ada perubahan pada wajah orang ini. Dia langsung menatapku dan Desi dengan sinis.

“Kalau nggak mau beli, ngapain ke sini!? Pergi sana!” serunya sambil lalu dan kembali masuk ke dalam.

“Eh, tunggu, Pak! Kami hanya mau tanya, di mana Toko Kue Ram!” tambah Desi, membantuku.

153