Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/159

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tante Umi tak sanggup melarangnya. Walaupun Mak Idai tidak berbuat kasar, kepedihan yang ia tahu diderita Mak Idai, membuat tante tak bisa berbuat apa-apa. Ia membiarkan Mak Idai melepas rasa sakit yang terlalu dalam hingga suatu hari keadaan Mak Idai sangat kritis dan terpaksa harus dibawa ke rumah sakit. Mak Idai menderita bronkhitis. Ia sempat dirawat.

Ahh...., aku semakin terharu dengan keadaan Mak Idai. Terbayangkan olehku, Mak Idai yang kekar dan sangat pemberani, kini tubuhnya hanya terbungkus kulit. Kurus di makan masalah yang sampai sekarang belum jua selesai.

“Mak Idai..., Mak Idai..,” pikirku melayang, jauh menembus dinding, lebih jauh dari sinar mentari yang mulai merambat masuk.

“Tih...., Ratih,” Kak Ari mengejutkanku.

“Ratih sekarang sudah tahu permasalahannya. Kakak akhir ini sibuk menemui Mak Idai, juga Datuk, untuk meminta tolong agar masalah Ibu dan Mak Idai dapat diluruskan kembali. Dan masalah itu sudah hampir selesai. Mak Idai dan Ibu sudah mau mengakui kesalahan, yang menurut kita memang sedikit bodoh jika diperpanjang.”

“Rencananya, sore ini semua akan berkumpul di rumah. Ibu berniat ingin menyelesaikan masalah ini hingga tuntas. Sebagai tanda maaf agar masalah ini benar-benar kelar, Ibu mengundang Mak Idai dan keluarga datang ke rumah kita."

“Kakak ingin mengingatkan kamu agar cepat pulang sekolah. Tolong bantu-bantu Ibu memasak di dapur, yah. Kalau bisa kegiatan di luar jam pelajaran dihindari dulu. Kamu ingin bertemu Mak Idai, kan?”

Aku mengangguk. Di pikiranku sudah berkelabat berbagai pikiran mengenai Mak Idai. Aku membayangkan, bagaimana situasi nanti ketika kami saling berpelukan untuk melepas segala kesalahpahaman ini. Aku jadi tersenyum karenanya.

“Ratih?” Kak Ari kembali mengagetkan aku.

Pikiranku buyar mengenai Mak Idai. Kak Ari bangkit dari tempat tidur dan berlalu meninggalkanku dengan senyum kepastian bahwa nanti akan muncul kebahagiaan di hadapanku dan ibu.