Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/151

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sedikit terbuka.

Dengan rasa iri yang sedikit berlebihan, ia membayangkan seekor lipan hinggap dan menusukkan racunnya pada belahan dada perempuan itu. Anaknya terlihat menatap lurus, tak mengedip.

Lagu Latin tiba-tiba berganti suara deru mesin. Anaknya mengganti chanel lagi. Fernando Alonso diselip Juan Pablo Montoya di lap ke delapan belas. Suara ban meletus diulang tayang beberapa kali. Kepingan sayap belakang mobil Montoya berserpihan ke angkasa.

Pedagang guci mulai gelisah. Ia belum juga memutuskan, terlalu murah, tak membayar jerih payah! pikirnya. “Kalau dijual dengan harga segitu, hanya incek, induk-semangnya itu juga yang akan berlaba!” pikirnya lebih jauh lagi. Ia seperti tak rela.

Si Tua sudah lama tak peduli. Ia membayangkan melihat kepala bayi menyumbul keluar dari lubang salah satu guci itu kemudian dari lubang yang lain.Empat ekor kelelawar terbang menuju antena parabola. Dan, hinggap di sana, seperti hari telah menjadi malam. Suara tangisan terdengar menggema dari dalam guci. Semakin lama semakin menjadi-jadi, bergemuruh-guruh.

Si Gemuk menggilirkan pandangannya dari guci yang semula dipilihnya, lantas pada tiga lainnya. Jari-jarinya yang besar itu masih menempel di salah satu guci. Ia mengelus-elus kepala naga berwarna emas pada dindingnya. Sesekali ia mengetuk-ngetuknya lembut.

Tok-tok-tok

Suara hujan menderu lagi. Mobil Alonso tergelincir keluar arena, di lap entah ke berapa.

“Tak ada penamu yang lain, Jang?”

Pensil itu patah.

Angka 1842 muncul ajaib pada kertas togel.

“Jadi, Ni?”