Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/150

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tidak mendengarkan kalimat-kalimat panjang dan berulang-ulang Si Tua itu. Ia harus memutuskan! Ia terus berpikir, menimbang-nimbang, ia tak mungkin bertahan dengan harga yang ditawarkannya semula. Si Gemuk tak lagi merespon, ia mulai tak berminat. Si Tua, apalagi!


Suaminya barangkali sudah mengetahui sisa gaji bulan kemarin telah ia ambil untuk membeli guci, Ia tak ingin bertengkar lagi. Beberapa malam belakangan mereka tak lagi tidur berdua. Tiba-tiba ia membayangkan seorang bayi mungil menyumbul dari lubang guci. Ia sudah lama ingin hamil lagi. Susunya terasa bengkak sebelah. Ia merasa tubuhnya makin tak menarik saja. Tahun-tahun belakangan, malam menjadi begitu dingin. Di malam hari, ia tak pernah lagi menyalakan kipas angin di kamarnya, seperti hari-hari yang lalu. Malam sudah kelewat dingin. Ia ingin membeli selimut baru dengan warna yang cantik dan menyala, Ia sudah lama tak menjemur kasur. Ia baru ingat ketika sudah berada di atasnya dan mencoba untuk terus mengingat sampai pagi. Suaminya sudah tak begitu peduli pada banyak hal.


Dengkur suaminya yang putus-putus sering mengganggunya. Ia jijik mendengar bunyi dengkur itu akhir-akhir ini. Entah mengapa. Pikirannya dipenuhi lumut. Matanya berpasir. Ia tak jarang menumpang tidur di kamar anak lelakinya yang mulai beranjak dewasa itu. Ia mulai gerah pada banyak hal. Juga pada mertuanya yang sering ikut campur dan acap menyindirnya tak bisa apa-apa, selain menunggu uluran tangan dari suami. Sementara itu, banyak perempuan lain yang tidak menjadi pegawai, toh bisa mengisi kue-kue di kedai-kedai atau berdagang ke pasar-pasar.


Sesekali ia ingin bertamasya naik kereta api wisata pada minggu pagi ke Pariaman. Ia ingin pergi seorang diri, menikmati percakapan dengan banyak orang, membiarkan kedua matanya bebas berkeliaran, memandang hamparan luas tiada terbatas. Membayangkan tubuh-tubuh dengan otot berjenjang, wajah-wajah tampan yang familiar.


Dari arah ruang tamu, sinema drama Jepang baru saja selesai. Digantikan lagu berirama Latin. Wajah-wajah tampan pria Kolumbia memenuhi layar kaca. Sebentar kemudian, berganti perempuan cantik berwajah Indian dengan dada.138