Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/148

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

terlambat ketika terjadi inspeksi suatu kali. Dan, pindah berarti berada pada tempat yang tidak nyaman sama sekali. Menghadapi banyak mata yang penuh curiga. Tidak aman! Ia mulai was-was untuk meninggalkan meja kerjanya di waktu-waktu dinas. Sesekali ia mulai bertanya kepada teman kerjanya, jika hendak pergi keluar, “Apa ada kunjungan hari ini?” Semenjak seringnya diadakan inspeksi mendadak, mereka mulai berpikir untuk mencari-cari bocoran tentang waktu pelaksanaannya, tentu saja agar tidak kecolongan. Jika tidak ada, barulah ia dapat dengan leluasa pergi membeli kertas-kertas togel atau sekadar melepas penat bekerja, bermain kartu di kedai kopi, tertawa-tawa dengan beberapa kenalan di taman seberang jalan. Tapi, hal itu membuatnya was-was juga. Tidak jarang, ia cukup hanya berpesan pada teman kerjanya yang “keluar” untuk dibelikan rokok.

Di rumah, di meja kerjanya di ruang tengah, ia mulai membuka tas kerjanya yang ringan. Menimbang-nimbang gambar pada kertas togel yang dibelinya, lalu berpikir sebentar, untuk kemudian menorehkan sesuatu pada sisi yang kosong serupa huruf-huruf kanji dengan pulpen yang putus-putus. Ia tiba-tiba memanggil anaknya yang telah kembali duduk di depan televisi di ruang tamu.

“Jang, pinjam Ayah pulpenmu sebentar lah!”

Tanpa berkata sepatah pun, anaknya kemudian beranjak merogoh-rogoh saka ranselnya. Dan, menemukan sebuah pensil yang belum diruncing. Ia terus berjalan ke dapur mencari pisau. Langkahnya terlihat malas. Ia merautnya sendiri. Kemudian ia menyerahkan pada ayahnya itu, lagi-lagi tanpa sepatah pun bersuara. Lalu ia pun duduk kembali di depan televisi.

Sementara itu, di serambi Si Tua mulai bercerita tentang anak lelakinya yang bekerja sebagai pegawai negeri di kantor walikota, seperti hendak memperkenalkan pada pedagang guci itu bagaimana kehebatan dan keberhasilannya membesarkan anak-anaknya. Ia seakan menyindir menantunya yang tidak bisa apa-apa, selain menunggu uluran tangan dari suaminya.

Ia harus membayarkan tiga kali uang pensiunnya untuk penempatan pengangkatan anak perempuannya yang menjadi

136