Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/146

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sementara itu, matanya mengalihkan pandangan ke dalam lubang guci itu. Ia masukkan hampir setengah kepalanya yang mulai ditumbuhi uban itu ke dalamnya. Matanya menyala di dalam sana. Ia sendiri tak menyadari untuk apa ia memasukkan kepalanya ke dalam guci itu.

Tak ada bayi menangis di dalamnya, pikirnya.

Sebentar, seluruh kepalanya telah berada di luar.

“Benar, asli dari China?” tanyanya setengah tak percaya.

Ia terlihat ragu. Ia kemudian menatap mata mertuanya, mengajukan pertanyaan yang sama, kini dengan lebih menyadari tujuan pertanyaannya itu, sambil memalingkan wajah ke arah pedagang guci. Ia pernah menonton cerita silat China di televisi, tentang sebuah guci ajaib yang menjadi tempat bersemayam Dewi Kebaikan, yang diperebutkan para pendekar. Apalagi guci-guci yang ada di depannya sekarang, pada dindingnya terdapat pula ukiran bayi naga. Konon, naga bagi orang China dianggap penuh tuah dan memberi mujur. Ah, ia tak terlalu mengetahui hal itu.

“Tentu!” balas pedagang guci itu mencoba meyakinkan keduanya meskipun ia sendiri tak begitu yakin dengan kebenaran jawabannya itu. Ia hanya bekerja pada seorang incek, induk semangnya, yang memang orang China. Gajinya dihitung dari seberapa mampu ia menjual guci-guci itu di atas harga yang ditetapkan induk-semangnya. Dan, sampai saat ini belum satu pun yang berhasil ia jual. Ia menggaruk--garuk kepalanya yang botak. Dengan handuk kecil yang penuh daki ditangannya, yang terlihat dari sisi-sisinya yang menghitam, ia mengelap keringat di seluruh wajah hingga pangkal lehernya. Ia mendengus pelan.

Si Gemuk beberapa kali mengetuk-ngetuk dinding guci. Bunyinya berdentang cukup keras. Titik-titik air jatuh di loteng. Beberapa saat menderu kencang. Lalu, hilang lagi. Hujan angkut-angkut. Tempiasnya sampai ke serambi itu. Pedagang guci menggeser dirinya untuk sedikit merapat menghindarkan tempias.

Suara azan tak lagi terdengar. Si Gemuk tiba-tiba ingat, ia sudah harus menyalakan televisi, mengatur gelombang beberapa kali untuk menemukan sinema drama Jepang yang dinantikannya. Mungkin ia lagi-lagi akan menyuruh anak134