Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/125

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

itu sudah berulang kali diucapkan Kakek. Tapi, baru kali ini aku mengerti betul makna kata-kata itu.

“Kakek ingin bertemu sahabat lama, Kakek. Jenderal Ha...san Prawi...ranegara. Ka...kalau Kakek sudah ti...tidak sem...pat, tolong sampaikan ka...kalau Kakek... sudah...me...maafkannya,” kata Kakek satu-satu. Kulihat kakek kembali tertidur. Kali ini di bibirnya tampak seulas senyum. Tit...tit...tit layar monitor menunjukkan garis lurus. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Kupencet bel tanda panggilan. Beberapa perawat dan seorang dokter segera datang. Aku disuruh menunggu di luar. Aku dan ibu sama-sama membisu. Aku tahu apa yang dipikirkan Ibu, ia pasti ingat kejadian yang menimpa ayah dulu.

“Maaf, kami sudah berusaha, tetapi Allah berkehendak lain,” seperti di film-film ketika keluar ruangan sang dokter mengatakan hal itu. Ibu berlari masuk ke dalam menemui kakek. Aku tetap di luar sambil menahan tangis.

Kakek dimakamkan dekat makam Bapak. Sebelumnya, Seorang bapak-bapak dari pemerintahan datang menawarkan agar Kakek dimakamkan di taman makam pahlawan. Tapi, ibu tidak setuju. Kata Ibu, Kakek pernah bilang, kalau nanti la meninggal ia tidak mau dianggap pahlawan. Biarlah ia menjadi pahlawan di hati keluarganya.

“Yo, waktu membersihkan kamar Kakek, Ibu menemukan amplop ini. Isinya sebuah surat dan surat ini buat kamu.” Ibu menyodorkan amplop putih kepadaku. Amplop bekas Undangan perayaan tujuh belasan. Kubuka amplop itu dan kubaca suratnya.

Teruntuk cucu laki-lakiku, Aryo

Ketika kamu membaca surat ini, Kakek sudah dipanggil oleh Yang Kuasa.

Kamu jangan sedih, itu artinya Allah percaya pada kamu Untuk menjaga ibu dan adikmu.

Aryo Juanda Riansyah. Sebagian nama kamu, diambil dari nama Kakek. Mungkin kamu tidak suka dengan nama itu, tapi itu pemberian orang tuamu. Kakek yakin kelak kamu akan bangga dengan itu.

Cucuku, maafkan Kakek selama ini telah maafkan Kakek selama ini telah menyusahkanmu. Kakek sadar, Kakek bukanlah seorang Kakek yang membang-