Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

gakan. Kakek hanyalah seorang tua yang hanya bisa mengomel. Salam Sayang untuk Cucuku Aryo Juanda Riansyah

NB: Jaga ibu dan adikmu. Buat mereka bahagia dan isilah kemerdekaan bangsamu dengan memerdekakan dirimu dari penjajah hatimu.

Tanpa terasa air mataku berlinang. Selama ini Kakek begitu menyayangiku. Aku sangat bersalah kepada Kakek. Kulipat surat itu dan kusimpan bajk-baik dalam lemari. Beberapa puluh surat undangan bekas tujuh belasan lengkap dengan amplopnya, juga kusimpan baik-baik dalam lemariku. Ini penghargaan paling berharga bagi Kakek. Aku tidak peduli lagi dengan penghargaan Kakek yang sudah dijual kepada Kakek Lingga. Biarlah itu menjadi saksi bisu mereka.

Tujuh belas Agustus

Tahun empat li...ma

Itulah hari kemerdekaan kita....

Hari merde....ka

Nusa....................... ke dan bangsa

Hari lahirnya......

Bangsa Indonesia

Mer...de..... ka !!

Sudah satu tahun Kakek wafat. Kehidupan kami sudah mulai membaik. Ibu sudah punya warung kecil. Arin sudak masuk SMA dan aku saat ini sedang mengikuti pelatihan di sebuah Akademi TNI. Aku akan menjadi anggota TNI. Aku ingin melanjutkan perjuangan Kakek membela tanah air.

Setelah kakek Lingga mengetahui bahwa sahabat yang dicarinya adalah kakekku, ia mendatangi keluargaku dan minta maaf, Aku sedikit merasa bersalah karena aku terlambat memberi tahu, Padahal aku sudah tahu.

“Aryo, maukah kamu menerima kembali penghargaan kakekmu dulu?” tanya kakek Lingga tiba-tiba.

“Terima kasih, Kek, saya sangat menghargai itu. Tapi, biarlah penghargaan itu tetap disimpan di sana. Saya yakin, kalau kakek saya akan merasa senang dan percaya kepada Kakek.”

114