Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/121

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Lingga, sudah lama sampai?” seorang bapak-bapak betongkat menyapa Lingga.

“Kakek..., apa kabar?”

“Sehat.” Ooo... , jadi, orang ini kakek Lingga. Aku yang berada di belakang hanya memperhatikan mereka. Lingga mencium dan memeluk kakeknya. Dibanding neneknya, kakek Lingga lebih sehat. Badannya gemuk dan kulitnya putih bersih. Kalau aku bandingkan dengan kakekku, jelas jauh berbeda. Kakekku bandannya kurus dan kulitnya pun gelap.

“Oh..., ya, Kek, ini teman Lingga, namanya Aryo,” Lingga memperkenalkan aku. Kuulurkan tangan menunggu balasan uluran tangan dari kakek ini. Tapi, dia hanya memperhatikanku dari atas hingga ke bawah dan langsung membalikkan badan berjalan ke dalam. Aku hanya diam dan menelan ludah, Mungkin dia tidak biasa bersalaman dengan anak miskin sepertiku. Lingga di sebelahku tampak merasa bersalah dan mengajakku keluar.

“Maafkan kakekku, ya, Yo, mungkin dia sedang sakit. Biarpun kelihatannya sehat, tapi kakek punya penyakit jantung. Sekali kakek berobat, bisa-bisa mencapai biaya jutaan rupiah,” aku mengangguk. Tampaknya Lingga berusaha menutupi kesombongan kakeknya. Dalam hati aku bersyukur karena kakekku tidak menderita penyakit parah yang harus mengeluarkan biaya jutaan rupiah untuk membeli obat. Paling-paling, kakek hanya batuk dan sesak napas yang cukup berobat dengan obat generik.

“Non Lingga, disuruh segera ke ruang makan,” seorang wanita, yang mungkin pembantu mereka, memanggil Lingga.

“Yuk, Yo, kita makan dulu.”

“Kamu sajalah. Aku tunggu di sini.”

“Aku, kan, tidak enak meninggalkan kamu di sini, Sementara aku makan. Sudahlah, ayo cepat,” Lingga menarik tanganku.

Ruangan makan berdekatan dengan dapur. Meja makannya besar dan kursinya empuk. Di meja terhidangayam panggang, ikan goreng, rendang padang, dan beberapa kuah bersantan serta sayur mentah. Air Iurku hampir menetes, Jarang-jarang aku makan enak seperti ini. Paling, cuma pas lebaran. Nenek dan kakek Lingga duduk di sisi kanan dan

109