Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/110

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tiada tahu. Masuk ketentaraan ketika agresi hingga kena malaria. Nenek menemukannya, begitulah Nenek bercerita.

Nenek kini juga ikut menonton televisi yang dibeli dari tujuh kali uang pensiun suaminya. Tangannya yang kasar dan jari-jemari yang terkelupas menandakan diri petani, kuat mencakar teki-teki liar di sela-sela rumpun padi. Di tangannya sepiring nasi beras pirang --hama merajalela-- ada gurami, kepala ikan gabus, sekerat mentimun, sesayat getir kehi- dupan, luka yang dibiarkan kering dengan sendiri, air mata yang mengikuti alirnya.

Pernah menjadi anggota Palang Merah. Ikut melarikan diri ke hutan waktu pergolakan. Menyaksikan koto dibakar tentara dari seberang, bangsa sendiri (teringat orang-orang Jepang yang berburu babi dan memanggangnya di koto, ketika itu mereka masih pendek-pendek, bahkan lebih pendek dari orang kita sendiri, tak seperti orang-orang Jepang sekarang yang dilihatnya di televisi). Pernah pula sekolah di Thawalib, hanya tak selesai. Diangkat jadi guru madrasah. Sekali ia bercerita tentang suaminya yang pernah menjadi pemberontak, "Gembiralah menjadi cucu pemberontak!" katanya. Ia menepuk punggungku. "Bertahun-tahun wajib lapor, sebelum akhirnya diberi tunjangan pensiun sebagai prajurit rendahan. Kebanyakan teman-teman kakekmu yang ikut bergolak bernasib begitu," ia melanjutkan. "Suara Kakek masih lantang, hanya tak cukup baik mendengar. Pernah diangkut ke pulau seberang hingga orang-orang merah dikejar-kejar tentara di mana-mana, kakekmu dibebaskan," kata Nenek pelan. Aku ingin tahu banyak hal tentang perang. seperti film-film kesatria berkuda, pahlawan berbedil di hari kemerdekaan. "Jangan bercita-cita jadi perang." Nenek menepuk pundakku, mengusap punggungku.

Entah mengapa Ayah juga ikut menonton televisi bersama Kakek dan Nenek. Padahal, Ayah tidak terlalu suka dan jarang sekali menonton. Paling-paling ia hanya akan menonton, jika ada Dunia Dalam Berita. Ayah adalah seorang guru sekolah dasar. Bersepeda pagi buta ke hilir. Capek! Batuk-batuk kecil. Belum juga mandi. Pernah bercerita kepadaku, tentang kerbau besar yang bersarang kawanan lebah di telinganya, bersama kuda raksasa mengawal raja-

98