Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/107

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Nenek memulai cerita, aku duduk di dekatnya.

"Orang-orang ngeri bertatapan dengan mata Si Mati. Mata Si Mati nanti berdansa dengan mimpinya."

"Jangan berkeliaran ketika senja," Nenek memotong. "Pulanglah tanpa lecutan! Sebab, senja itu keramat. Teramat sakti. Ada banyak mata Si Mati di langitnya," Nenek melanjutkan, dan Si Mati masuk ke dalam matanya. Aku tak berani lagi menatap mata itu. Tiba-tiba matanya seperti seribu tanda seru yang membawa langkahku pulang. Seribu tanda seru yang melingkar-lingkar di ingatan menjadi semacam rotan terpanjang dan tipis. "Azan magrib sama keramatnya. Suara Tuhan membawa malaikat bercambuk masuk ke mata Si Mati. Nanti engkau dibawanya ke langit, ke rimba-rimba, ke pulau yang jauh, jauh sekali. Ke lembah-lembah diam, gelap, dan asing. Engkau akan ditenggerkannya di pohon-pohon besar di puncak bukit. Kau sendirian dan ketakutan. Engkau mencoba berteriak memanggil ibu-bapakmu dengan sekuat tenaga, tapi engkau tak bisa sepatah pun bersuara. Ayah-ibu dan orang-orang mencarimu dengan nyala petromaks yang perlahan kian redup karena tak menemukanmu Lagi. Jadilah kau anak hutan yg kesepian. Rambut dan kukumu panjang menjela-jela ke tanah. Orang-orang akan ketakutan setiap kali bertemu denganmu. Tubuhmu busuk, bertaring, dan berbulu. Engkau berubah ganas. Temanmu babi, kijang, rusa, beruang, siamang, kuau. Kau mengaum serupa harimau. Mukamu perlahan-lahan berubah, hidungmu membesar dan rahangmu bertambah lebar. Kan akan menyerupai monyet, menjelma babi, menjadi harimau. Kau bertanduk, tubuhmu berbulu."

"Mata anak-anak sepertimu mirip mata Si Mati," Nenek duduk lebih dekat. "Mereka menyukai mata seperti itu dan ingin sekali membawa matamu ke tempatnya, ke alamaya yang jauh. Jauh."

"Mata Si Mati selalu bergairah pada mata anak-anak. Bawa matamu ke pangkuanku! Selamatkan matamu dari si pemburu mata!"

"Nenek punya seribu mata?" kataku.

"Tentu saja! Pungutlah satu atau beberapa untukmu. Sebab, tubuh tanpa mata sama dengan Si Mati, seribu mata

95