Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/102

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tepat ke mukanya.

Ingin aku mengusir mereka, tapi aku tidak punya kuasa untuk itu karena aku hanya sebongkah batu yang dibawa dari sebuah bukit tempat tinggal lamaku dan dipergunakan oleh orang-orang di sini sebagai penyangga amukan ombak laut.

Aku tidak lagi mendengarkan percakapan dan melihat tingkah yang mereka kerjakan. Yang kulakukan hanya berdoa kepada Yang Mahakuasa agar dua anak manusia ini diberi secercah cahaya barang sedikit agar mereka sadar dengan kelakuan yang mereka perbuat. Dan, satu lagi doa yang kupanjatkan adalah agar mereka cepat meninggalkan pantatnya dari tubuhku dan pulang.

Mereka mulai berdiri, saling meluruskan kaki, mungkin terasa keram, dan mulai berjalan menjauhiku. Aku pun lega. Ternyata Tuhan mengabulkan doa yang kupanjatkan. Moga- moga saja mereka langsung pulang dan mengistirahatkan badannya. Tidak keluyuran lagi.

Malam semakin dingin, cahaya bintang begitu indah berkedip saling bergantian. Burung hantu telah memainkan lagu sendu dari balik lembaran nyiur kelapa. Kelelawar beterbangan mengelilingi garis pantai, ombak sudah mulai mengecil, dan aku pun mulai mengistirahatkan badanku.

Pagi-pagi sekali aku telah bangun. Udara yang terembus dari laut sungguh sangat segar. Para nelayan baru pulang dari melaut. Istri dan anak-anak mereka telah menunggu di bibir pantai, mengharap akan hasil yang banyak agar lambungnya bisa terisi biji-biji nasi.

Beberapa orang nelayan menarik jala, berbaris dan kompak. Sekuat tenaga mereka menarik dengan tangan- tangan yang telah legam, dengan urat-urat yang menyembul dari pangkal lengannya. Tapi, itu bukanlah hambatan bagi mereka, mereka terus bersemangat. Sungguh pemandangan pagi di pantai yang mengagumkan. Pemandangan yang tidak pernah kujumpai di bukit tempat tinggalku dahulu.

***

Matahari mulai merangkak naik, remang-remang pagi telah disapunya, menandakan kalau siang ini adalah miliknya. Tidak kujumpai lagi embun yang menempel di tubuhku.

90