Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/86

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pada manusia jang dikatakan berkebudajaan tinggi, sifat buruk itu tidaklah hilang. Malahan fakta-fakta membuktikan, bahwa kedjahatan pada manusia dari masjarakat jang berkebudajaan tinggi itu, tjara dan tjorak sifat kedjahatan itupun bermutu tinggi pula.


PENGGOLONGAN FALSAFAH OPTIMISTIS DAN PESSIMIS

Selandjutnja ada pula penggolongan dalam falsafah, jaitu falsafah jang optimis dan jang pessimis.

Mengenai soal hidup itu umpamanja dikemukakan pertanjaan, apakah hidup itu suatu rachmat atau suatu sengsara?

Apakah dunia itu suatu rachmat atau suatu lembah air mata?

Berdasarkan pendirian ini atau itu, maka bertjorak optimis atau pessimislah falsafah itu.

Ada tjerita jang menggambarkan seseorang jang sedang mendaki, dia tertawa sebab dia girang mengingat bahwa sesudah pendakian itu dia akan menurun dan sebaliknja orang itu menangis, bersedih hati waktu menurun, sebab dia tahu, bahwa sesudah menurun dia akan mendaki.

Sajapun tidak dapat membenarkan penggolongan falsafah dalam falsafah jang optimis dan pessimis.

Falsafah jang optimis atau pessimis itu adalah terpengaruh oleh keadaan.

Seperti orang jang berdjalan dalam tjerita diatas, maka pendirian orang itu dipengaruhi oleh keadaan mendaki atau menurun. Falsafah itu hendaknja berada diatas keadaan dan djangan dipengaruhi oleh keadaan, malahan harus mempengaruhi keadaan dan mempergunakan keadaan itu hendaknja dalam mentjapai kepuasan, ketenangan, kebahagiaan bagi dan dalam dirinja.

Selama manusia itu dapat dipengaruhi oleh keadaan jang bertjorak ragam dan setiap saat berobah itu, dia akan selalu diombang-ambingkan, dipermainkan oleh keadaan dan djelaslah, bahwa dalam keadaan sematjam ini, manusia itu tidak akan dapat tenang dan berbahagia sebab bahagia jang kekal itu hanja mungkin terdapat dalam ketenangan.


BAGAIMANAKAH FALSAFAH ITU HENDAKNJA.

Penggolongan falsafah lainnja ada djuga, malahan banjak lagi, Tetap seluruh penggolongan itu adalah berdasarkan pemihakan pada sebelah pihak, jaitu berdasarkan ini atau itu, seperti jang lelah diuraikan diatas, jaitu falsafah itu berdasarkan agamakah atau tidak, optimisiskah atau pessimis, dsb.

Menurut pendirian saja, falsafah jang sebenarnja jang akan membawa kepuasan bagi manusia, ialah falsafah jang berdasarkan kenjataan. Dan kenjataan itu adalah bukan ini atau itu, tetapi adalah ini dan itu.

Manusia Itu dalam dirinja mempunjai kejakinan dan pikiran. Seseorang itu adalah individu, tetapi adalah djuga anggota dari masjarakat.

Seseorang meompunjai sifat buruk dan sifat baik.

Dalam alam ini terdapat rendah dan tinggi.

Dalam penghidupan itu terdapat sakit dan senang, waktu muda dan waktu tua, dsb.

Seluruh jang ada itu adalah ini dan itu dan bukan ini atau itu.


PENGGOLONGANNJA.

Menurut pendapat saja. kalau akan diadakan djuga penggolongan dalam falsafah itu, maka hendaklah diadakan penggolongan falsafah jang dianut oleh orang jang beragama dan falsafah dari orang jang tidak beragama.